unitedbet88

Rabu, 30 November 2016

CERITA CINTA - Kisah nyata Cinta Wanita Selingkuh

Suamiku tertidur di sebelahku, aku mengamati dan memandangnya… Ya Allah aku telah banyak menyakitinya, menghianatinya tanpa pernah dia tahu… Ya Allah betapa aku merasa diriku hina sekali dihadapannya. Aku tidak pantas memperlakukannya seperti ini…







Pembaca.. kisahku ini dimulai ketika aku diterima menjadi seorang karyawati di sebuah perusahaan swasta di sebuah kota di Kalimantan. Belum lama aku bekerja di perusahaan tersebut tepatnya baru 5 bulan, bosku memperkenalkan aku dengan sahabatnya.

Sahabat bosku ganteng, kaya, dewasa, pekerjaannya pun mapan, jika dibandingkan dengan pacarku atau lebih tepatnya bisa dibilang suamiku karena kita diam-diam sudah menikah sirih, tetapi perusahaan tidak pernah tahu kalau aku sudah menikah karena masa dinas yang tidak memperbolehkan karyawan menikah sebelum satu tahun bekerja. 

Suamiku hanya seorang admin di sebuah perusahaan asuransi dan masih menyelesaikan kuliahnya, jika dibandingkan dengan sahabat bosku yang sudah mapan, kaya, dan ganteng itu sungguh sangat jauh berbeda.

Awalnya aku menolak menerima cinta sahabat bosku tersebut, dengan menangis-nangis dia memohon agar aku mau menerima cintanya. Tapi memang awalnya aku belum tertarik padanya, aku merasa tahu diri bahwa aku sudah bersuami dan aku sangat mencintai suamiku itu, dengan membayangkan masa-masa dulu bahagia dengan cinta yang kami bina.

Tetapi dengan penuh cinta, sahabat bosku tersebut berusaha terus mendekatiku. Dia menelpon, sms, menghubungiku melalui Facebook, dan dengan cara-cara lainnya. Meskipun dia jauh di Jakarta, tetapi tidak memupuskan semangatnya untuk mengejarku. 

Tanpa disadari aku mulai kehilangan dia ketika dia sehari saja tak menghubungiku, aku merindukannya ketika sejam saja dia terlambat menanyakan aku apa sudah makan siang atau belum, aku merasa nyaman dengan kedewasaanya, kasih sayangnya, dan semua perlakuannya kepadaku.

Pada suatu hari kami bersepakat untuk bertemu, dia bela-belain ke Kalimantan hanya untuk menemuiku. Dia utarakan niatnya untuk memperistriku tapi karena aku juga mulai mencintainya akupun berniat memilihnya untuk menjadi suamiku yang sebenarnya. 

Aku berniat untuk meminta cerai talak kepada suamiku yang sekarang. Tapi karena aku tahu bahwa aku sudah tidak perawan karena aku sudah menikah sirih dengan suamiku yang sekarang. Kuceritakan kondisi diriku yang sebenarnya kepada sahabat bosku tersebut.

Dia menangis seolah tidak terima bahwa seseorang yang sangat dicintainya dan dipilih untuk menjadi istrinya tidak sesuai dengan kriteria dirinya dan keluarganya. Dia bilang kalau dia pribadi bisa menerima aku apa adanya karena dia sangat mencintaiku, tapi untuk memperkenalkan aku kepada keluarganya dia bilang belum bisa dan belum sanggup melakukannya.

Dia tak tahu apakah keluarganya mau menerimaku atau tidak jika calon menantunya adalah seorang janda. Karena di dalam keluarganya harga diri, nama baik, status sosial, bibit, bebet, dan bobot adalah sangat menjadi pertimbangan.

Aku sangat kecewa dengannya, aku berusaha melupakannya setelah pertemuan itu, tetapi tidak kusangka dia tetap menelponku meski dia tahu bahwa aku tidak seperti yang dia mau. Dia tetap berusaha menjaga hubungan cinta kami. 

Lama kelamaan aku menyadari bahwa dia memang benar-benar mencintaiku. Aku tidak pernah merasakan cinta seperti dia mencintaiku, mengagumiku. Aku merasa menjadi wanita yang paling cantik dan sempurna di dunia karena dicintai seseorang pria dewasa seperti dia.

Akhirnya kita tetap berhubungan, tak ayal berhubungan badanpun sudah menjadi suatu kebutuhan dan sebuah ungkapan untuk kami melepas rindu. Meski jarak memisahkan kami tetapi tidak memupuskan semangat kami untuk memadu cinta. Sebulan sekali kami pasti bertemu, entah dia yang ke Kalimantan atau aku yang ke Jakarta hanya untuk menemuinya. 

Meski aku harus berbohong kepada keluarga besarku dan suamiku soal seringnya aku harus keluar kota. Aku selalu membuat alasan kalau aku mendapat tugas dinas keluar kota dari kantor. Dengan penuh kesabaran suamiku selalu mengantarkan aku ke bandara jika aku mau ke jakarta dan menjeputku lagi di bandara saat aku kembali ke Kalimantan.

Hari demi hari, bulan demi bulan pun berlalu, kami terus memadu kasih melalui dunia maya, handpone dan sebagainya. Suatu hari keluargaku berniat menikahkan aku secara resmi dengan suamiku, aku bingung harus berbuat apa. Sedangkan aku sudah tidak mencintainya lagi, semua sudah pudar seiring berjalannya waktu. Tetapi aku pun tidak pernah mendapat kepastian dari sahabat bosku itu tentang hubungan kami.

Hubunganku dengan sahabat bosku yang tidak tahu kemana akan dibawa membuatku berpikir dua kali. Sampai kapan aku terus mengharapkannya, sedangkan dia seolah lebih mencintai keluarganya dibanding aku. Meskipun dia rela melakukan apa saja untukku tapi tidak untuk menentang keluarganya demi aku.

Akhirnya aku memutuskan untuk menjalani pernikahan resmiku bersama suamiku. Meski cintaku kepadanya sudah tidak seperti dahulu lagi tapi aku tidak ada pilihan lain. Daripada aku menunggu selikuhanku yang tidak pernah ada kepastian. Dan akhirnya aku pun menikah resmi.

Sahabat bosku itu terus menelponku dan menangis, dia merasa dia juga tidak bisa berbuat apa-apa atas kehidupannya bersamaku. Tapi entah mengapa aku merasa nyaman, tenang, dan bahagia atas pernikahan resmiku bersama suamiku. Meski cintaku tidak lagi sepenuhnya seperti dahulu.

Hari demi hari aku lalui dengan berusaha menjadi ibu rumah tangga yang baik di depan suamiku meski aku tidak setia kepadanya. Hubunganku dengan selingkuhanku pun terus berlanjut, tak berbeda dengan sebelum aku menikah kami tetap saling mengunjungi entah aku ke Jakarta atau dia yang ke kalimantan. 

Dia tetap mencintaiku seperti dulu, tidak berubah. Dia tetap mengagumiku, memujaku seperti dulu, bahkan kami sempat untuk berencana memiliki anak. Kami terus berusaha untuk bisa segera punya anak, sama seperti suamiku yang ingin segera memiliki anak dari pernikahan kami.

Satu bulan, dua bulan, akhirnya bulan keempat pun tiba. Aku merasa tidak mendapatkan haid di bulan itu. Seminggu setelahnya aku periksa kedokter ternyata hasilnya positif, iya aku hamil. Meski aku belum tahu anak siapa yang aku kandung tapi berita ini membuat kedua laki-laki yang sama-sama mencintaiku itu sangat bahagia.

Tapi entah kenapa aku tidak yakin kalau ini anak selingkuhanku, karena dilihat dari frekuwensi kami bertemu hanya sebulan sekali, meski setiap kali kami bertemu kami pasti berhubungan badan. Pernah suatu hari selingkuhanku menanyakan kepastian siapa bapak dari anak yang aku kandung, tapi aku meyakinkan dia bahwa untuk tidak terlalu berharap karena menurutku labih baik dia kecewa sekarang daripada nanti setelah aku melahirkan, dia lebih kecewa lagi ketika dia tahu bahwa si kecil ngga mirip dia.

Hari ke hari, bulan ke bulan, sampe akhirnya tiba waktu aku melahirkan. Suamiku yang setia menungguiku dari awal aku merasa kesakitan sampai saatnya aku bertaruh nyawa melahirkan anakku, anakku yang aku belum tahu siapa bapaknya. Dari pagi sampai pagi lagi suamiku dengan sabar mendampingiku, memberiku support dan semangat. 

Sampai dia tertidur di sebelahku, aku mengamatinya dan memandangnya ya Allah aku telah banyak menyakitinya, menghianatinya tanpa pernah dia tahu. Seandainya dia tahu perbuatanku yang sangat bejat ini mungkin dia tidak akan pernah mau melihat mukaku lagi dan mungkin aku akan kehilangan laki-laki yang sangat setia dan baik ini.

Rasa ibaku muncul, tiba-tiba aku ingat masa-masa dulu aku bersamanya merajut cinta. Susah senang kami jalani bersama tanpa mengeluh. Cintaku kembali bersemi untuk suamiku, rasa iba itu membawaku kembali mencintainya, menyayanginya, ya Allah betapa aku merasa diriku hina sekali dihadapannya. Aku tidak pantas memperlakukannya seperti itu. Ternyata aku sadari bahwa masih ada setitik rasa cinta untuk suamiku.

Akhirnya aku pun melahirkan buah hatiku, yang banyak orang menantinya. Dia cantik, putih bersih, mungil. Wajahnya mirip sekali denganku, tetapi bentuk tubuhnya mirip sekali dengan ayahnya, ya! Ayahnya yang tegap, tinggi besar, dan bertulang besar, dia adalah suamiku. Suamiku yang sah yang akupun mulai mencintainya lagi, menyayanginya. 

Ternyata bapak dari anakku adalah suamiku yang sah, entah kenapa pula aku sangat bahagia mengetahui bahwa ayah kandung dari anakku adalah suamiku sendiri, suami yang sah, yang aku khianati sejak lama.

Akupun menelpon selingkuhanku untuk memberi tahu kabar baik ini kepadanya, meski belum tentu ini adalah kabar menggembirakan buat dia. Setelah kuberi tahu, dia seolah sudah siap atas segala kemungkinan yang akan terjadi, kemungkinan bahwa si mungil cantikku itu bukanlah keturunanya. Kami sempat berkomunikasi melalui video call di rumah sakit, dan akupun menunjukkan si kecil padanya.

Dia tetap bahagia meski dia tahu bahwa anakku bukan darah dagingnya. dia selalu menanyakan kabar anakku setiap dia menelponku. Dia juga ikut cemas jika si kecil sakit. Bahkan dia mengirimkan kado istimewa untuk si kecil. Aku tidak pernah tahu terbuat dari apakah cintanya buatku. Seperti apapun kondisiku dia tetap mencintaiku dan memujaku.

Tapi aku kini telah sadar, aku mulai mencintai suamiku lagi, mulai menyayanginya lagi. Dan aku pun mulai jarang menghubungi selingkuhanku. Tapi meski begitu dia tidak pernah putus asa untuk selalu menjalin hubungan baik denganku. Baginya meskipun dia tidak bisa memilikiku paling tidak dia tetap bisa berteman denganku, tahu kabarku. 

Bahkan dia mengirimkan uang untuk kado si kecil. Membelikan boneka saat dia ke kotaku di kalimantan. Aku sangat menghargai cintanya buatku, tapi aku sadar bahwa aku sudah bersuami dan bahkan sekarang ada si kecil yang selalu membuatku sadar akan kodratku dan statusku.

Aku menyanyangimu Suamiku.. meski di hatiku sudah terbagi dengan yang lain meski secuil. Maafkan aku, tapi aku berjanji aku tidak akan meninggalkan kalian suamiku dan anakku, kalian tetap nomor satu bagiku. Aku mencintai kalian, kalian adalah semangat hidupku. 





CERITA - Kisah Nyata Tentang Keajaiban Cinta

Kisah ini terjadi di Beijing China, seorang gadis bernama Yo Yi Mei memiliki cinta terpendam terhadap teman karibnya di masa sekolah. Namun ia tidak pernah mengungkapkannya, ia hanya selalu menyimpan di dalam hati dan berharap temannya bisa mengetahuinya sendiri. Tapi sayang temannya tak pernah mengetahuinya, hanya menganggapnya sebagai sahabat, tak lebih.



















Suatu hari Yo Yi Mei mendengar bahwa sahabatnya akan segera menikah hatinya sesak, tapi ia tersenyum “Aku harap kau bahagia“. Sepanjang hari Yo Yi Mei bersedih, ia menjadi tidak ada semangat hidup, tapi dia selalu mendoakan kebahagiaan sahabatnya. 

12 Juli 1994 sahabatnya memberikan contoh undangan pernikahannya yang akan segera dicetak kepada Yi mei, ia berharap Yi Mei akan datang, sahabatnya melihat Yi Mei yang menjadi sangat kurus & tidak ceria bertanya “Apa yang terjadi dengamu, kau ada masalah?” 

Yi mei tersenyum semanis mungkin ”Kau salah lihat, aku tak punya masalah apa apa, wah contoh undanganya bagus, tapi aku lebih setuju jika kau pilih warna merah muda, lebih lembut…” Ia mengomentari rencana undangan sahabatnya tesebut. 

Sahabatnya tersenyum “Oh ya, ummm aku kan menggantinya, terimakasih atas sarannya Mei, aku harus pergi menemui calon istriku, hari ini kami ada rencana melihat lihat perabotan rumah… daag“. Yi Mei tersenyum, melambaikan tangan, hatinya yang sakit. 

18 Juli 1994 Yi Mei terbaring di rumah sakit, Ia mengalami koma, Yi Mei mengidap kanker darah stadium akhir. Kecil harapan Yi Mei untuk hidup, semua organnya yang berfungsi hanya pendengaran, dan otaknya, yang lain bisa dikatakan “Mati“ dan semuanya memiliki alat bantu, hanya mukjizat yang bisa menyembuhkannya.

Sahabatnya setiap hari menjenguknya, menunggunya, bahkan ia menunda pernikahannya. Baginya Yi Mei adalah tamu penting dalam pernikahannya. Keluaga Yi Mei sendiri setuju memberikan “Suntik Mati“ untuk Yi Mei karena tak tahan melihat penderitaan Yi Mei. 

10 Desember 1994 Semua keluarga setuju besok 11 Desember 1994 Yi Mei akan disuntik mati dan semua sudah ikhlas, hanya sahabat Yi Mei yang mohon diberi kesempatan berbicara yang terakhir, sahabatnya menatap Yi Mei yang dulu selalu bersama. 

Ia mendekat berbisik di telinga Yi Mei “Mei apa kau ingat waktu kita mencari belalang, menangkap kupu kupu?… kau tahu, aku tak pernah lupa hal itu, dan apa kau ingat waktu disekolah waktu kita dihukum bersama gara gara kita datang terlambat, kita langganan kena hukum ya?”


“Apa kau ingat juga waktu aku mengejekmu, kau terjatuh di lumpur saat kau ikut lomba lari, kau marah dan mendorongku hingga aku pun kotor?… Apakah kau ingat aku selalu mengerjakan PR di rumahmu?… Aku tak pernah melupakan hal itu…“ 

“Mei, aku ingin kau sembuh, aku ingin kau bisa tersenyum seperti dulu, aku sangat suka lesung pipitmu yang manis, kau tega meninggalkan sahabatmu ini?….” Tanpa sadar sahabat Yi Mei menangis, air matanya menetes membasahi wajah Yi Mei. 

“Mei… kau tahu, kau sangat berarti untukku, aku tak setuju kau disuntik mati, rasanya aku ingin membawamu kabur dari rumah sakit ini, aku ingin kau hidup, kau tahu kenapa?… karena aku sangat mencintaimu, aku takut mengungkapkan padamu, takut kau menolakku“ 

“Meskipun aku tahu kau tidak mencintaiku, aku tetap ingin kau hidup, aku ingin kau hidup, Mei tolonglah, dengarkan aku Mei … bangunlah…!!“ Sahabatnya menangis, ia menggengam kuat tangan Yi Mei “Aku selalu berdoa Mei, aku harap Tuhan berikan keajaiban buatku, Yi Mei sembuh, sembuh total. Aku percaya, bahkan kau tahu?.. aku puasa agar doaku semakin didengar Tuhan“ 

“Mei aku tak kuat besok melihat pemakamanmu, kau jahat…!! kau sudah tak mencintaiku, sekarang kau mau pergi, aku sangat mencintaimu… aku menikah hanya ingin membuat dirimu tidak lagi dibayang-bayangi diriku sehingga kau bisa mencari pria yang selalu kau impikan, hanya itu Mei…“ 

“Seandainya saja kau bilang kau mencintaiku, aku akan membatalkan pernikahanku, aku tak peduli… tapi itu tak mungkin, kau bahkan mau pergi dariku sebagai sahabat“ 

Sahabat Yi mei berbisik ”Aku sayang kamu, aku mencintaimu” suaranya terdengar parau karena tangisan. Dan apa yang terjadi?…. Its amazing !! ”CINTA“ bisa menyembuhkan segalanya. 

7 jam setelah itu dokter menemukan tanda tanda kehidupan dalam diri Yi Mei, jari tangan Yi Mei bisa bergerak, jantungnya, paru parunya, organ tubuhnya bekerja, sungguh sebuah keajaiban !! Pihak medis menghubungi keluarga Yi Mei dan memberitahukan keajaiban yang terjadi. Dan sebuah mujizat lagi… masa koma lewat…. pada tgl 11 Des 1994. 

14 Des 1994 saat Yi Mei bisa membuka mata dan berbicara, sahabatnya ada disana, ia memeluk Yi Mei menangis bahagia, dokter sangat kagum akan keajaiban yang terjadi. “Aku senang kau bisa bangun, kau sahabatku terbaik“ sahabatnya memeluk erat Yi Mei .

Yi Mei tersenyum “Kau yang memintaku bangun, kau bilang kau mencintaiku,tahukah kau aku selalu mendengar kata-kata itu, aku berpikir aku harus berjuang untuk hidup“ “Lei, aku mohon jangan tinggalkan aku ya, aku sangat mencintaimu” Lei memeluk Yi Mei “Aku sangat mencintaimu juga“. 

17 Februari 1995 Yi Mei & Lei menikah, hidup bahagia dan sampai dengan saat ini pasangan ini memiliki 1 orang anak laki laki yang telah berusia 14 tahun. Kisah ini sempat menggemparkan Beijing. 

----

Dari kisah ini kita bisa belajar tentang dua hal penting: komunikasi dan asumsi. Betapa banyak orang menderita hidupnya hanya karena dua hal ini, salah asumsi dan salah komunikasi. Buang jauh-jauh asumsi, dan utamakan komunikasi. 

Komunikasikan keinginan, perasaan, pikiran kita dengan sebaik mungkin entah itu di rumah, di lingkungan kerja, di sekolah, di mana pun juga. Jika kita mampu memanfaatkan kekuatan komunikasi ini dengan baik, hidup kita akan terasa lebih mudah dan mungkin malah lebih baik.

CERITA CINTA - Mencintai dan Menerima Apa Adanya

Seorang pria dan kekasihnya menikah dan acaranya pernikahannya sungguh megah. Semua kawan-kawan dan keluarga mereka hadir menyaksikan dan menikmati hari yang berbahagia tersebut. Suatu acara yang luar biasa mengesankan. Mempelai wanita begitu anggun dalam gaun putihnya dan pengantin pria dalam tuxedo hitam yang gagah. Setiap pasang mata yang me
mandang setuju mengatakan bahwa mereka sungguh-sungguh saling mencintai. Beberapa bulan kemudian, sang istri berkata kepada suaminya. “Sayang, aku baru membaca sebuah artikel di majalah tentang bagaimana memperkuat tali pernikahan,” katanya sambil menyodorkan majalah tersebut.























Masing-masing kita akan mencatat hal-hal yang kurang kita sukai dari pasangan kita.
Kemudian, kita akan membahas bagaimana merubah hal-hal tersebut dan membuat hidup pernikahan kita bersama lebih
bahagia…..”

Suaminya setuju dan mereka mulai memikirkan hal-hal dari pasangannya yang tidak mereka sukai dan berjanji tidak akan tersinggung ketika pasangannya mencatat hal-hal yang kurang baik sebab hal tersebut untuk kebaikkan mereka bersama. Malam itu mereka sepakat untuk berpisah kamar dan mencatat apa yang terlintas dalam benak mereka masing-masing. Besok pagi ketika sarapan, mereka siap mendiskusikannya.

“Aku akan mulai duluan ya”, kata sang istri. Ia lalu mengeluarkan daftarnya. Banyak sekali yang ditulisnya, sekitar 3 halaman… Ketika ia mulai membacakan satu persatu hal yang tidak dia sukai dari suaminya, ia memperhatikan bahwa airmata suaminya mulai mengalir….. “Maaf, apakah aku harus berhenti ?” tanyanya.
“Oh tidak, lanjutkan…” jawab suaminya.
Lalu sang istri melanjutkan membacakan semua yang terdaftar, lalu kembali melipat kertasnya dengan manis diatas meja dan berkata dengan bahagia.

“Sekarang gantian ya, engkau yang membacakan daftarmu”. Dengan suara perlahan suaminya berkata
“Aku tidak mencatat sesuatupun di kertasku. Aku berpikir bahwa engkau sudah sempurna dan aku tidak ingin merubahmu. Engkau adalah dirimu sendiri. Engkau cantik dan baik bagiku. Tidak satupun dari pribadimu yang kudapatkan kurang…. “.

Sang istri tersentak dan tersentuh oleh pernyataan dan ungkapan cinta serta isi hati suaminya. Bahwa suaminya menerimanya apa adanya… Ia menunduk dan menangis…..

Siapapun kita, pasti kita ingin, orang yang kita cintai mau dan bisa menerima dan mencintai semua kekurangan2 kita dan mau dengan ikhlas, menerima kita apa adanya. Karena siapapun kita, kita adalah manusia biasa yang tidak sempurna dan pasti mempunyai kekurangan dan kelebihan di sisi lainnya.

Dalam menjalin hubungan, kita tak perlu berpura-pura dan menutupi kekurangan kita hanya karena takut tidak sempurna di hadapan orang yang kita cintai. Karena jika orang yang kita cintai mengetahui hal ini, tentunya ia akan kecewa. Bukanlah lebih baik kita selalu tampil apa adanya, karena itu tidak akan membebani kita ? Sungguh, jika seorang pria atau wanita yang kita cintai, benar-benar tulus mencintai kita, maka tentunya dia akan dapat menerima kita apa adanya, dan mau menerima serta mencintai semua kekurangan2 kita.

Penerimaan dari orang yang dicintai sangat berarti, dan akan membuat seseorang merasa dihargai dan diakui keberadaannya. Penerimaan itulah yang akan membuat kita mampu menunjukan ketrampilan/bakat/potensi/kekuatan yang ada di dalam hidup kita.

Seseorang bisa bahagia menjadi dirinya sendiri, bila orang yang dicintainya mau dan bisa dengan ikhlas mencintai semua kekurangan2nya dan menerima dirinya apa adanya. Dampak penerimaan memang sangat luar biasa, penerimaan mampu mengubah kehidupan seseorang, penerimaan bisa membuat orang bangkit kembali dan melanjutkan hidup dengan lebih baik dari sebelumnya.

Penerimaan membuat orang menjadi kuat dalam menjalani hidup yang berat sekalipun. Penerimaan keadaan diri kita apa adanya dan mengetahui bahwa orang yang kita cintai mau dan bisa menerima serta mencintai semua kekuarangan2 kita, adalah kebahagiaan terbesar dalam cinta, percayalah…

Ikhlas.Ada orang yang pernah mengatakan,”Aku tidak tahu mengapa aku tetap mencintainya, meskipun dia telah membuat hal-hal yang tidak aku sukai.” Bisa jadi, orang itu telah mencintai orang yang dicintainya apa adanya, tidak pakai syarat dan alasan. Lalu bagaimana agar kita mampu mencintai seseorang apa adanya? Kunci pertama adalah ikhlas dan tulus, artinya kita benar-benar mencintai orang yang kita cintai tanpa syarat atau alasan. Percuma mencintai jika tidak ikhlas, karena akan membuat hati kita masih merasakan sesak. Ikhlas itu kunci untuk menjadikan hati kita seluas samudera, bukan selebar daun kelor.

Sabar. Mungkin, ada kalanya orang yang kita cintai, bersikap yang tidak sesuai dengan keinginan dan kemauan kita sehingga membuat kita kesal, maka disini diperlukan kesabaran, agar kita bisa memakluminya. Mungkin orang yang kita cintai itu belum mengerti jalan pikiran kita atau belum mengetahui apa yang kita mau dan apa yang kita tidak suka. Positive thinking dan persepsi yang baik-baik saja, karena tidak ada gunanya kalau pikiran dan hati kita berprasangka buruk

Bersyukur, Mencintai adalah karunia terbesar dari Allah. Mumpung rasa cinta dan kasih sayang belum dicabut oleh Allah dari hati kita, yuk.. kita bersyukur. Bersyukur karena telah mencintai orang yang yang kita sayangi, bersyukur atas pemberian rasa cinta dan kasih sayang dari-Nya, bersyukur karena hati kita tidak mati untuk mencintai. 

Sahabat2ku, rasa cinta dan kasih sayang yang hadir di dalam hati kita sesungguhnya berasal dari Allah, Yang Maha Kasih, Maha Penyayang, maka hal tsb lah yang harus menjadi landasan, atau dasar kita mencintai orang-orang yang kita cintai. Bukan karena wajahnya, bukan karena materinya, bukan karena sifatnya, tapi karena Allah.

Kenali Kekurangan Yang Ada Pada Diri Sendiri. Bukan hanya orang yang kita cintai yang memiliki kekurangan tetapi diri sendiri pun memiliki kekurangan. Oleh karena itu sebelum menilai kekurangan orang lain, lihatlah kekurangan yang ada pada diri sendiri. 

Jika sudah mengetahui kekurangan diri sendiri, terimalah kekurangan itu. Dan jika sudah dapat menerima kekurangan diri sendiri maka dapat menerima kekurangan orang lain termasuk kekurangan pasangan.

Lihatlah Kelebihannya, karena orang yang benar2 mencintai tidak akan melihat dan mempermasalahkan kekurangan oarnag yang dicintainya. Jangan melihat kekurangan yang dimiliki orang yang kita cintai, tetapi lihat lah kelebihan yang dimilikinya dan jika sudah mulai ingat kekurangannya, coba ingat kelebihan yang dimilikinya.

Menerima Apa Adanya. Tumbuhkan rasa cinta setiap hari dan biarkan bersemi. Jika cinta semakin tumbuh, maka kekurangan yang dimiliki pasangan pun akan diterima dengan sendirinya. Karena cinta yang tulus adalah menerima apa adanya semua kekurangan2 orang yang kita cintai. Cintailah semua kekurangan2 orang yang kita cintai secara utuh apa adanya. Sungguh, tiada yang lebih membahagiakan seorang wanita, bila pria yang dicintainya, mau dan bisa mencintai semua kekuarangan2nya dan menerimanya secara utuh apa adanya.

CERITA CINTA - Pria Thailand Menikahin Mayat Kekasihnya

Pernikahan Chadil Deffy dengan kekasihnya pekan lalu menjadi buah bibir di Thailand. Tak heran, sebab pernikahan mereka tak lazim, upacara pernikahan dilanjutkan dengan sebuah upacara pemakaman mempelai wanitanya.





















Deffy, juga dikenal sebagai Deff Yingyuen, menikahi kekasih yang telah bersamanya selama 10 tahun, Sarinya "Anne" Kamsook, dalam sebuah upacara di
kuil Amphur Muang di provinsi Surin, Thailand.

Pasangan ini sebenarnya telah merencanakan pernikahan mereka sejak lama. Namun keinginan itu tertunda karena Yingyuen ingin fokus pada studinya sebelum mengucap ikrar pernikahan. Mereka bertemu saat kuliah di Universitas Eastern Asia dan saling jatuh cinta.

Sayangnya, sebelum keduanya sempat menentukan tanggal pernikahan.
Kamsook meninggal dalam sebuah kecelakaan mobil pada 2 Januari 2012.
Seperti dikutip dari Huffington Post, video dan upacara pernikahan tak biasa ini diunggah di laman Youtube dan Facebook. Seperti layaknya sebuah pernikahan, pengantin wanita mengenakan gaun pengantin berwarna putih dan pengantin pria mengenakan jas lengkap.

Termasuk di dalamnya pengantin pria menyematkan cincin pernikahan di jari manis pengantin wanita. Namun, usai upacara pernikahan, acara dilanjutkan dengan upacara pemakaman mempelai wanita.

Di dalam akun Facebook-nya, Deffy menulis walaupun pernikahannya seperti sebuah kisah cinta yang indah, namun dia menganggapnya sebagai sesuatu yang telah terlambat. "Di mata kalian mungkin ini adalah sebuah kisah cinta yang indah, namun bagi kami ini adalah sebuah penyesalan dan kami tidak bisa kembali ke masa lalu untuk memperbaikinya. Ingatlah, hidup itu singkat." katanya.


Kisah cinta T.T

Reo dan July adalah sepasang kekasih yang serasi walaupun keduanya berasal dari keluarga yang jauh berbeda latar belakangnya. Keluarga July berasal dari keluarga kaya raya dan serba berkecukupan, sedangkan keluarga Reo hanyalah keluarga seorang petani miskin yang menggantungkan kehidupannya pada tanah sewaan.
Dalam kehidupan mereka berdua, Reo sangat mencintai July.

Reo telah melipat 1000 buah bur
ung kertas untuk July dan July kemudian menggantungkan burung-burung kertas tersebut pada kamarnya. Dalam tiap burung kertas tersebut Reo telah menuliskan harapannya kepada July. Banyak sekali harapan yang telah Reo ungkapkan kepada July. Semoga kita selalu saling mengasihi satu sama lain”,”Semoga Tuhan melindungi July dari bahaya”,”Semoga kita mendapatkan kehidupan yang bahagia”,dsb.

Semua harapan itu telah disimbolkan dalam burung kertas yang diberikan kepada July.
Suatu hari Reo melipat burung kertasnya yang ke 1001. Burung itu dilipat dengan kertas transparan sehingga kelihatan sangat berbeda dengan burung-burung kertas yang lain. Ketika memberikan burung kertas ini, Reo berkata kepada July: “ July, ini burung kertasku yang ke 1001.

Dalam burung kertas ini aku mengharapkan adanya kejujuran dan keterbukaan antara aku dan kamu. Aku akan segera melamarmu dan kita akan segera menikah. Semoga kita dapat mencintai sampai kita menjadi kakek nenek dan sampai Tuhan memanggil kita berdua ! “

Saat mendengar Reo berkata demikian, menangislah July. Ia berkata kepada Reo : “Reo, senang sekali aku mendengar semua itu, tetapi aku sekarang telah memutuskan untuk tidak menikah denganmu karena aku butuh uang dan kekayaan seperti kata orang tuaku!” Saat mendengar itu Reo pun bak disambar geledek. Ia kemudian mulai marah kepada July. Ia mengatai July matre, orang tak berperasaan, kejam, dan sebagainya. Akhirnya Reo meninggalkan July menangis seorang diri.
Reo mulai terbakar semangatnya. Ia pun bertekad dalam dirinya bahwa ia harus sukses dan hidup berhasil.

Sikap July dijadikannya cambuk untuk maju dan maju. Dalam Sebulan usaha Reo menunjukkan hasilnya. Ia diangkat menjadi kepala cabang di mana ia bekerja dan dalam setahun ia telah diangkat menjadi manajer sebuah perusahaan yang bonafide dan tak lama kemudian ia mempunyai 50% saham dari perusahaan itu. Sekarang tak seorangpun tak kenal Reo, ia adalah bintang kesuksesan.

Suatu hari Reo pun berkeliling kota dengan mobil barunya. Tiba-tiba dilihatnya sepasang suami-istri tua tengah berjalan di dalam derasnya hujan. Suami istri itu kelihatan lusuh dan tidak terawat. Reo pun penasaran dan mendekati suami istri itu dengan mobilnya dan ia mendapati bahwa suami istri itu adalah orang tua July. Reo mulai berpikir untuk memberi pelajaran kepada kedua orang itu, tetapi hati nuraninya melarangnya sangat kuat. Reo membatalkan niatnya dan ia membuntuti kemana perginya orang tua July.

Reo sangat terkejut ketika didapati orang tua July memasuki sebuah makam yang dipenuhi dengan burung kertas. Ia pun semakin terkejut ketika ia mendapati foto July dalam makam itu. Reo pun bergegas turun dari mobilnya dan berlari ke arah makam July untuk menemui orang tua July.
Orang tua July pun berkata kepada Reo :”Reo, sekarang kami jatuh miskin. Harta kami habis untuk biaya pengobatan July yang terkena kanker rahim ganas. July menitipkan sebuah surat kepada kami untuk diberikan kepadamu jika kami bertemu denganmu.” Orang tua July menyerahkan sepucuk surat kumal kepada Reo.
Reo membaca surat itu. “Reo, maafkan aku.

Aku terpaksa membohongimu. Aku terkena kanker rahim ganas yang tak mungkin disembuhkan. Aku tak mungkin mengatakan hal ini saat itu, karena jika itu aku lakukan, aku akan membuatmu jatuh dalam kehidupan sentimentil yang penuh keputusasaan yang akan membawa hidupmu pada kehancuran. Aku tahu semua tabiatmu Reo, karena itu aku lakukan ini. Aku mencintaimu
Reo…………………………..

July “ Setelah membaca surat itu, menangislah Reo. Ia telah berprasangka terhadap July begitu kejamnya. Ia pun mulai merasakan betapa hati July teriris-iris ketika ia mencemoohnya, mengatainya matre, kejam dan tak berperasaan. Ia merasakan betapa July kesepian seorang diri dalam kesakitannya hingga maut menjemputnya, betapa July mengharapkan kehadirannya di saat-saat penuh penderitaan itu.

Tetapi ia lebih memilih untuk menganggap July sebagai orang matre tak berperasan. July telah berkorban untuknya agar ia tidak jatuh dalam keputusasaan dan kehancuran.
Cinta bukanlah sebuah pelukan atau ciuman tetapi cinta adalah pengorbanan untuk orang yang sangat berarti bagi kita.

CERITA CINTA - HADIAH UNTUK YANG TERSAYANG

Disudut ruangan I.C.U. Rumah sakit umum disebuah kota kecil, Seorang pemuda yang tidak tampan dan tidak jelek tapi culun iya (hehe..) terduduk lesu sambil menunggu. Tiba-tiba dokter specialis bedah keluar.

















"dok.. Ambilin persediaan darah A-B segera. Ini darurat. Pesien mengalami pendarahan hebat" teriak sang dokter pada rekannya.

"maaf dok..!! Persediaan darah untuk A-B sudah habis. Saya akan coba carikan di P.M.I terdekat" sahut rekannya itu dibalik ruangan lain.

"cepetan. Tidak ada waktu lagi. Saya membutuhkannya sekarang juga" jawab dokter specialis itu yang sangat tegang.

Mendengar percakapan dokter itu, Dengan segera pemuda yang duduk disudut ruangan itu menghampiri dokter bedah yang sedang melakukan operasi itu.

"silahkan ambil darah saya dok..!! Golongan darah saya kebetulan A-B" ujar pemuda itu.

"apa kamu yakin. Kita tidak mau gegabah mengambil keputusan. Saya harus melakukan pemeriksaan dulu" jawab doter bedah itu yang sangat hati-hati.

"ambil aja dulu darah saya. Habis itu coba aja langsung diperiksa. Saya yakin darah saya ini A-B" tegas pemuda itu.

Karna sudah tidak ada waktu lagi, dokter itu langsung membawa pemuda itu keruangan khusus untuk mengambil darahnya. Dokter bedah yang berpengalaman itu langsung yakin pemuda itu benar-benar berdarah A-B.

"ambil aja berapa yang bapak perlu..!! Saya ikhlas" ujar pemuda itu kepada sang dokter.

dokter itu pun mengambil darah pemuda itu sesuai dengan keadaan tubuh pemuda itu. Kemudian dokter itu langsung menuju keruangan operasi dan memberikan kepada pasien korban tabrak lari itu.

Waktu demi waktu berlalu. Dokter itu tampaknya masih membutuhkan donor darah lagi. Kembali pemuda itu menawarkan darahnya. Namun dokter itu menolak karna darah pemuda itu sudah banyak terkuras tadi. Namun bantuan darah belum datang juga.

Kali ini pemuda itu dengan tegas setengah memaksa, menyuruh dokter itu untuk mengambil darahnya lagi. Dengan sangat terpaksa dokter itu mengambil darah pemuda itu. Kali ini darah yang diambil begitu menguras tenaga pemuda. Kepalanya menjadi berkunang-kunang. Kondisi tubuhnya mulah melemah. Tapi pasien korban tabrak lari itu masih memerlukan bantuan darah lagi.

Itu pun diketahui lagi oleh pemuda itu. Dengan mencari akal. Pemuda itu menemui doker lain dengan berlagak layaknya sedang dalam keadaan segar bugar. Padahal kondisinya saat ini begitu parah akibat darah yang ada didalam tubuhnya sudah tinggal sedikit. Langsung aja dokter yang ditemuinya itu mengambil darahnya lagi. Dokter itu tidak tau kalo pemuda itu sudah sangat banyak mendonorkan darahnya. apalagi dokter itu belum banyak pengalamannya dan dia dokter baru dirumah sakit itu.

Setelah darahnya diambil, pemuda itu menyuruh dokter itu cepat-cepat pergi memberikan darah itu supaya nyawa pasien tabrak lari itu bisa diselamatkan.

Kali ini pemuda itu sudah tidak mampu berdiri lari. kondisi tubuhnya sudah sangat melemah.

Singkat cerita. Akhirnya korban tabrak lari itu bisa diselamatkan. Korban tabrak lari itu akhirnya sadar setelah 2 hari berikutnya. dan lama kelamaan kondisinya semakin membaik. Setelah kondisinya membaik, dokter yang waktu itu melakukan operasinya mengatakan pada pasien itu yang berjenis kelamin perempuan itu.

nona sungguh sangat beruntung. Seseorang telah mendonorkan darahnya untuk nona dimana saat itu kami sedang kesulitan mencari golongan darah yang sesuai dengan golongan darah nona. Berterima kasihlah nona kepada tuhan karna berkat dialah nona bisa diselamatkan melalui pertolongan seseorang yang amat sangat menyayangimu." ujar sang dokter kepada pasien wanita itu.

"boleh saya tau siapa orang yang telah membantu menyumbangkan darah kepada saya pak..?" tanya wanita itu penasaran.

Selasa, 29 November 2016

CERITA CINTA - Penantian Panjang Sedih Patah Hati

Terpesona, ya aku begitu terpesona padanya...
melihat senyumnya, tatapan matanya, tutur katanya.....
semuanya, semua yang ada padanya membuatku terpesona,
begitu mengagumkan !!
Inikah yang dinamakan aku sedang kasmaran??
Jatuh cintakan aku pada dirinya?
Oh Tuhan........ aku tak mengerti, aku tak tahu apakah ini yang namanya cinta
Yang aku tahu... saat ini aku memujanya!


























Aku Kirana, salah seorang siswi di sebuah sekolah menengah pertama yang terkemuka di kota ku, ini adalah tahun ke-2 ku di sini, dengan kata lain sekarang aku sedang duduk di bangku kelas VIII atau kelas 2 SMP. Aku bukan siswi yang populer, aku tidak cantik, tidak kaya, tidak pintar dan bukan seorang bintang sekolah, tapi.... ini adalah KISAH ku !!

Tahun pertama ku di sekolah ini kurasakan biasa-biasa saja, tak ada cerita menarik, tak ada pengalaman yang berbeda dari biasanya dan tak ada hal-hal istimewa yang ku pelajari, semuanya berjalan sesuai alur waktu, mengalir seperti air, tak ada hambatan dan tak ada masalah. Untuk sesaat aku menikmati kebiasaan ku, karena bagi ku aku bukan orang yang istimewa, jadi tak akan ada sesuatu yang istimewa dalam hidupku...

Tapi... di tahun ke-2.... awal cerita ku,

“Anak-anak, hari ini ada murid baru yang akan masuk di kelas kita dan akan belajar bersama kalian di kelas ini mulai hari ini” ucap bu Nurma, wali kelas ku.

“Ibu harap kalian bisa menjadi teman yang baik dan saling menghargai” lanjut beliau

“iya bu guru....” riuh jawaban dari teman-teman se-kelas ku

“Dika, perkenalkan dirimu, baru setelah itu kamu mengisi bangku yang kosong sebelah sana” kata bu Nurma sambil menunjukkan bangku yang akan ditempati oleh si murid baru

“Baik bu’” angguknya pada bu Nurma dan melanjutkan “Nama ku Andika Nugraha, panggil aja Dika, aku pindahan dari Surabaya, mohon kerjasamanya”

“Ia, slamat datang Dika, semoga kamu betah disini” jawab si Haris ketua kelas ku

Itulah crita singkat awal kedatangannya, hari-hari terus berlalu, baru 1 minggu Dika di sekolah ini dia sudah menjadi buah bibir anak-anak satu sekolahan. Untuk sejenak aku tak peduli dengan apa yang mereka bicarakan, meski mereka bilang cakep, pintar, baik dan lain sebagainya tentang dia, tapi aku tetap tak peduli, untuk apa?? Toh bagi ku tetap semuanya terasa biasa saja.


Pada saat pelajaran keterampilan, kami diberi tugas kelompok untuk di kerjakan bersama kelompok masing-masing, dan ketika pembagian kelompok, nama ku dan nama Dika berada pada kelompok yang sama, aku tak kaget, toh itu biasa aja....

“Kita akan berkumpul di rumah Linda untuk mengerjakan tugas ini, gimana? Setuju gak?” Ucap sang ketua kelompok. Dan semua menyetujui

“ok, semua sepakat, kita akan mengerjakan tugas hari ini, jam 4 sore sampai selesai” lanjutnya lagi.

Hampir 3 jam kami mengerjakan tugas kelompok kami, namun belum juga selesai, waktu sudah menunjukkan jam 6 kurang 15 menit....

“Gimana kalau tugas ini kita lanjutkan besok saja? Ini sudah hampir magrib, kita harus bubar” tiba-tiba suara itu memecah keheningan kami, suaranya Dika.

Dan untuk pertama kalinya aku kaget mendengar suaranya, dan saat itu aku mulai memperhatikannya...

3 hari akhirnya tugas yang kami buat selesai, dan tiba saatnya untuk dikumpulkan dan mempresentasikannya. Aku dan Dika mendapat tugas untuk mempresentasikannya, menjelaskan apa yang kami buat dan apa kegunaannya.

Sejak saat itu Aku dan Dika semakin akrab, aku mulai merasa nyaman bersamanya, aku suka cara bicaranya, aku kagum dengan cara berpikirnya, dan aku terpesona melihat senyumannya...


Setiap pagi datang ke sekolah, orang yang pertama aku temui adalah Dika, begitupun sebaliknya Dika selalu datang menyapa ku sebelum ia ke bangku tempat duduknya. Dan kami menjadi sahabat. Sebagai sahabat, dika sangat perhatian pada ku, ia selalu mengajakku ke kantin bersama, pulang bareng, belajar bersama, bahkan ia selalu bertanya tentang tugas atau PR-PR ku, seperti hari ini...

“Ran, PR matematika mu sudah dikerjakan?” tanya Dika, karna dia tau betul kalau aku paling jarang ngerjain PR.

“udah sih Dik, tapi baru sebagian, karena aku gak tahu cara nyelesaiinnya...” jawabku polos saja

“Ya udah, nih salin aja punya ku, mumpung bel masuk belum berdering, ntar kamu kena hukuman lagi lho...” godanya sambil tersenyum dan menyodorkan buku PR-nya pada ku

Tak tunggu lama, aku langsung menyambar buku PR-nya “makasih ya Dik, kamu memang sahabatku yang super super baik, hahaha” balas ku menggodanya.

Perhatian Dika memang sangat luar biasa bagi ku, aku merasa dia lebih dari sahabat, meski aku tahu dimatanya aku hanyalah sahabat, dan akan selalu menjadi sahabat. Tapi bagi ku caranya memperhatikan ku lebih dari segalanya, bahkan orang tua ku tak pernah memberikan aku perhatian sebesar ini....

“Sibuk banget Ran, ngapain sih? Ini udah jam istrahat lho?” ucap Dika membuat ku kaget

“Oh, ini aku harus ngerjain tugas buat di kumpul selepas istrahat” jawab ku

“Mangnya masih banyak ya? Kita ke kantin dulu yuk...” ajak nya

“Maaf Dik, ne masih banyak, aku harus segera menyelesaikannya” jawab ku lagi

“Ya udah, aku ke kantin dulu ya, laperrrr, hehehe” katanya sambil nyengir

“Ia” jawab ku singkat

Beberapa menit kemudian, lagi-lagi Dika membuat ku kaget, Ia meletakkan satu botol minuman dingin dan sebungkus makanan ringan di meja ku...

“Minum dulu, kamu pasti haus, dari tadi kepanasan dalam kelas” katanya sambil tersenyum manis
Aku terpaku, aku menatapnya dalam dan sangat dalam, aku terpesona dengan kebaikannya, dengan perhatiannya....

“Kamu kenapa Ran? Kesambet ya?” tanyanya heran melihat tingkah ku yang aneh

Untuk sejenak aku tak menjawab, aku hanya tersenyum padanya dan berkata “Makasih banyak ya Dik...” hanya itu yang bisa ku katakan, seakan bibir ini tak mampu lagi mengucapkan kata-kata.

Bagi ku Dika sangat luar biasa, dia selalu membuatku kagum, dia mampu memberikan perhatian yang tak pernah aku dapatkan dari siapa pun, membuat perasaan ku berubah. Entahlah... apa yang aku rasakan, debaran ini, pesona itu... membuatku merasa berbeda, aku belum mengerti perasaan ini. Dan yang membuat aku benar-benar terhanyut saat itu, saat ia memberi ku kejutan di hari ulang tahun ku...

“Happy birthday to you, happy birthday to you, happy birthday Kirana, happy birthday to you....” Dika menyenyikan lagu itu dibelakang ku sambil memegang sebuah kado mungil berwarna jingga.

Saat itu masih pagi, sebelum bel masuk kelas berbunyi, tanpa aku sadari Dika berdiri dibelakangku dan menyanyikan lagu itu, untuk hari kelahiran ku.

Aku berbalik segera saat aku mendengar suaranya, aku tak mampu berkata apa-apa, aku terharu... air mata ku mengalir dengan sendirinya. Untuk sepanjang hidup ku, baru kali ini ada yang memberi ku kejutan di hari ulang tahun ku. Aku benar-benar terharu....

“Kok nangis? Slamat ulang tahun ya, semoga yang terbaik selalu bersama mu” ucapnya tersenyum sambil menyodorkan bingkisan mungil yang ada ditangannya.

Aku semakin terharu, air mata ku semakin deras mengalir.... Dan tak peduli dengan sekitar ku, aku langsung memeluk Dika...

“Ran, kamu kenapa? Ini kan hari bahagia mu, kenapa kamu menangis?” tanya nya lagi

Aku yakin, tak hanya Dika, teman-teman yang lain pun heran melihat kejadian ini, tapi jujur saja, aku tak bisa menahan air mata ini, aku sangat terharu dan senang dengan apa yang terjadi saat ini.

“Aku terharu Dik, karna aku sangat-sangat bahagia untuk semua ini” kata ku sambil menatap dalam matanya

“Selama ini, jangankan untuk memberi kejutan, mengingat hari ulang tahun ku saja tak ada, tak satu pun peduli” lanjut ku dengan deraian air mata

“Ya sudahlah, jangan nangis, hapus air matamu dan buka lah kado dari ku” kata Dika sambil mengusap air mata ku dengan ibu jarinya

“ini air mata bahagia Dik” kata ku sambil tersenyum

“Aku tahu kok” jawabnya dengan senyuman

Aku membuka hadiah mungil yang diberikan oleh Dika, aku senang, isinya sebuah jam tangan berwarna pink dengan gambar Hello kitty kesukaan ku

“Makasih banyak ya Dik, ini sangat istimewa” kata ku memperlihatkan kado yang ia berikan

“Sama-sama Ran, ini aku berikan biar kamu tidak terlambat lagi ke sekolah, hehee” katanya sambil tertawa kecil


Hari-hari terus berganti, bulan pun berlalu, hingga waktu terasa berjalan begitu cepat. Dika kini menjadi bintang di sekolah, dia pun semakin populer, dengan keramahan dan kecerdasannya. Jangan kan murid-murid, guru-guru pun senang kepadanya.

Semakin banyak yang mengaguminya dan semakin banyak pula cewek-cewek yang mendekatinya. Ya... aku akui kalau dia memang pintar, cerdas dan baik hati, tak heran jika dia menjadi begitu populer, ditambah lagi dengan wajah yang tampan dan senyuman yang begitu menawan....

Semakin sering bertemu, semakin lama bersama, semakin aku tak mengeti dengan perasaan hati ku ini, aku tak tahu, kenapa akhir-akhir ini ada perasaan berbeda yang berkecamuk dalam hati ku, ada sesuatu yang tak bisa ku jelaskan, ada getaran aneh yang mengaliri seluruh tubuhku saat ku berada di dekatnya, ketika aku melihat senyumnya aku terpesona!! Dan ini tidak seperti biasanya...

“Aku menyukainya lebih dari sahabat, ya! Aku mencintainya” guman ku

“Tapi bolehkah aku mencintainya? Mungkinkan ia merasakan hal yang sama?” pikiranku kembali mengganggu ku

“Aku mencintainya dan aku ingin menyatakannya” pikir ku

“tapi bagaimana kalau dia menolakku? Atau dia menertawakan ku? Atau bahkan persahabatan ini jadi kacau gara-gara perasaan ku?” ahh... ini benar-benar mengganggu ku.

Belum juga sempat aku berfikir untuk mengungkapkan perasaan hati ku, aku sudah mendengar gosip-gosip bahwa Dika kini pacaran dengan Murni gadis yang dikenal paling cantik disekolahan...

“Boommmm” hancur lebur hati ku bagaikan terkena gempa ribuan skala rihter.

“aku kecewa, aku sakitttt....” tangis ku dalam hati, aku patah hati sendiri, tapi aku tetap mencintainya

Waktu terus berlalu, tahun pun berganti, kini aku dan dika semakin jarang ngobrol, jarang bertemu, meski kami berada dalam satu kelas, namun terasa jauh.... karena kini ia telah melabuhkan hatinya dan banyak menghabiskan waktunya bersama gadis yang menjadi kekasihnya.

Waktu untuk ku? Tak ada lagi, tiap hari Cuma sebatas “say Hallo” atau hanya sebuah senyuman saat kami berpapasan. Aku sedihhhhh...... dan ini tidak biasa.

“Dika dan Murni, pasangan yang serasi, lalu aku...??? Aku bagaimana?” guman ku

“Hati ini telah terpesona, hati ini telah penuh oleh dirimu, tapi kamu tak mengerti” tangis ku sendiri...

“Perih hati ini, hancur perasaan ini, dia memang lebih segalanya dari ku, dia memang lebih pantas bersama dengan mu, tapi hati ku tak bisa menerimanya” ocehanku sendiri, hanya bisa meratapi kelemahan ku, tak ada yang istimewa, aku hanya gadis biasa...

Aku larut dalam kesedihan panjang, aku kembali seperti biasa sebelum bertemu dika, meski perih menyayat hati, aku sadar aku hanya biasa, tapi cinta ku... Luar biasa.

Sampai akhirnya Dika kembali ke kotanya... pergi dan tak kembali lagi, membawa sedih ku, membawa duka ku dan juga membawa hati ku. Meski kamu tak pernah tau aku mencintaimu, tapi hati ku telah pergi bersama mu...

“Kini kau pergi semakin jauh, sekali lagi aku patah hati tanpa kau tahu” tangis ku lirih

“Kepergian mu menambah luka ku, membawa hati ku, dan lagi-lagi kau tak tahu, hiks hiks...” masih menangis ku dalam kesendirian, tanpa ada yang tahu... hati ku terluka, hati ku tlah pergi, namun aku selalu mencintainya.

Aku tetap mencintaimu Dika, sampai kini... belasan tahun tlah berlalu, tapi hati ku tetap memilih mu. Aku telah tenggelam dalam lautan cintaku untuk mu dan penantian panjang ini.... hanya untuk mu!!


Sekian

CERITA - Kisah Menyedihkan Berumah Tangga

Berikut kisah atau cerita sedih yang dapat memotivasi Anda dalam menjalani kehidupan berumah tangga, Kisah mengharukan atau kisah sedih ini tentang perjalanan cinta seorang istri yang tak pernah mencintai suaminya selama 10 tahun perjalanan pernikahannya hingga sang Suami meninggal dunia, dan akhirnya ia menyadari betapa besar cinta dan kasih sayang yang diberikan sang suami untuknya selama ini, dulu ia menghabiskan sepuluh tahun untuk membenci suaminya, tetapi setelah Suaminya tiada Ia menghabiskan hampir sepanjang sisa hidupnya untuk mencintai sang Suami.




















Aku membencinya, itulah yang selalu kubisikkan dalam hatiku hampir sepanjang kebersamaan kami. Meskipun menikahinya, aku tak pernah benar-benar menyerahkan hatiku padanya. Menikah karena paksaan orangtua, membuatku membenci suamiku sendiri.

Walaupun menikah terpaksa, aku tak pernah menunjukkan sikap benciku. Meskipun membencinya, setiap hari aku melayaninya sebagaimana tugas istri. Aku terpaksa melakukan semuanya karena aku tak punya pegangan lain. Beberapa kali muncul keinginan meninggalkannya tapi aku tak punya kemampuan finansial dan dukungan siapapun. Kedua orangtuaku sangat menyayangi suamiku karena menurut mereka, suamiku adalah sosok suami sempurna untuk putri satu-satunya mereka.

Ketika menikah, aku menjadi istri yang teramat manja. Kulakukan segala hal sesuka hatiku. Suamiku juga memanjakanku sedemikian rupa. Aku tak pernah benar-benar menjalani tugasku sebagai seorang istri. Aku selalu bergantung padanya karena aku menganggap hal itu sudah seharusnya setelah apa yang ia lakukan padaku. Aku telah menyerahkan hidupku padanya sehingga tugasnyalah membuatku bahagia dengan menuruti semua keinginanku.

Di rumah kami, akulah ratunya. Tak ada seorangpun yang berani melawan. Jika ada sedikit saja masalah, aku selalu menyalahkan suamiku. Aku tak suka handuknya yang basah yang diletakkan di tempat tidur, aku sebal melihat ia meletakkan sendok sisa mengaduk susu di atas meja dan meninggalkan bekas lengket, aku benci ketika ia memakai komputerku meskipun hanya untuk menyelesaikan pekerjaannya.

Aku marah kalau ia menggantung bajunya di kapstock bajuku, aku juga marah kalau ia memakai pasta gigi tanpa memencetnya dengan rapi, aku marah kalau ia menghubungiku hingga berkali-kali ketika aku sedang bersenang-senang dengan teman-temanku.

Tadinya aku memilih untuk tidak punya anak. Meskipun tidak bekerja, tapi aku tak mau mengurus anak. Awalnya dia mendukung dan akupun ber-KB dengan pil. Tapi rupanya ia menyembunyikan keinginannya begitu dalam sampai suatu hari aku lupa minum pil KB dan meskipun ia tahu ia membiarkannya. Akupun hamil dan baru menyadarinya setelah lebih dari empat bulan, dokterpun menolak menggugurkannya.

Itulah kemarahanku terbesar padanya. Kemarahan semakin bertambah ketika aku mengandung sepasang anak kembar dan harus mengalami kelahiran yang sulit. Aku memaksanya melakukan tindakan vasektomi agar aku tidak hamil lagi. Dengan patuh ia melakukan semua keinginanku karena aku mengancam akan meninggalkannya bersama kedua anak kami.

Waktu berlalu hingga anak-anak tak terasa berulang tahun yang ke-delapan. Seperti pagi-pagi sebelumnya, aku bangun paling akhir. Suami dan anak-anak sudah menungguku di meja makan. Seperti biasa, dialah yang menyediakan sarapan pagi dan mengantar anak-anak ke sekolah. Hari itu, ia mengingatkan kalau hari itu ada peringatan ulang tahun ibuku.

Aku hanya menjawab dengan anggukan tanpa mempedulikan kata-katanya yang mengingatkan peristiwa tahun sebelumnya, saat itu aku memilih ke mal dan tidak hadir di acara ibu. Yaah, karena merasa terjebak dengan perkawinanku, aku juga membenci kedua orangtuaku.

Sebelum ke kantor, biasanya suamiku mencium pipiku saja dan diikuti anak-anak. Tetapi hari itu, ia juga memelukku sehingga anak-anak menggoda ayahnya dengan ribut. Aku berusaha mengelak dan melepaskan pelukannya. Meskipun akhirnya ikut tersenyum bersama anak-anak. Ia kembali mencium hingga beberapa kali di depan pintu, seakan-akan berat untuk pergi.

Ketika mereka pergi, akupun memutuskan untuk ke salon. Menghabiskan waktu ke salon adalah hobiku. Aku tiba di salon langgananku beberapa jam kemudian. Di salon aku bertemu salah satu temanku sekaligus orang yang tidak kusukai. Kami mengobrol dengan asyik termasuk saling memamerkan kegiatan kami.

Tiba waktunya aku harus membayar tagihan salon, namun betapa terkejutnya aku ketika menyadari bahwa dompetku tertinggal di rumah. Meskipun merogoh tasku hingga bagian terdalam aku tak menemukannya di dalam tas. Sambil berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi hingga dompetku tak bisa kutemukan aku menelepon suamiku dan bertanya.

“Maaf sayang, kemarin Farhan meminta uang jajan dan aku tak punya uang kecil maka kuambil dari dompetmu. Aku lupa menaruhnya kembali ke tasmu, kalau tidak salah aku letakkan di atas meja kerjaku.” Katanya menjelaskan dengan lembut.

Dengan marah, aku mengomelinya dengan kasar. Kututup telepon tanpa menunggunya selesai bicara. Tak lama kemudian, handphoneku kembali berbunyi dan meski masih kesal, akupun mengangkatnya dengan setengah membentak. “Apalagi??”

Sayang, aku pulang sekarang, aku akan ambil dompet dan mengantarnya padamu. Sayang sekarang ada dimana?” tanya suamiku cepat , kuatir aku menutup telepon kembali. Aku menyebut nama salonku dan tanpa menunggu jawabannya lagi, aku kembali menutup telepon. Aku berbicara dengan kasir dan mengatakan bahwa suamiku akan datang membayarkan tagihanku.

Si empunya Salon yang sahabatku sebenarnya sudah membolehkanku pergi dan mengatakan aku bisa membayarnya nanti kalau aku kembali lagi. Tapi rasa malu karena “musuh”ku juga ikut mendengarku ketinggalan dompet membuatku gengsi untuk berhutang dulu.

Hujan turun ketika aku melihat keluar dan berharap mobil suamiku segera sampai. Menit berlalu menjadi jam, aku semakin tidak sabar sehingga mulai menghubungi handphone suamiku. Tak ada jawaban meskipun sudah berkali-kali kutelepon. Padahal biasanya hanya dua kali berdering teleponku sudah diangkatnya. Aku mulai merasa tidak enak dan marah.

Teleponku diangkat setelah beberapa kali mencoba. Ketika suara bentakanku belum lagi keluar, terdengar suara asing menjawab telepon suamiku. Aku terdiam beberapa saat sebelum suara lelaki asing itu memperkenalkan diri, “selamat siang, ibu.

Apakah ibu istri dari bapak armandi?” kujawab pertanyaan itu segera. Lelaki asing itu ternyata seorang polisi, ia memberitahu bahwa suamiku mengalami kecelakaan dan saat ini ia sedang dibawa ke rumah sakit kepolisian.

Saat itu aku hanya terdiam dan hanya menjawab terima kasih. Ketika telepon ditutup, aku berjongkok dengan bingung. Tanganku menggenggam erat handphone yang kupegang dan beberapa pegawai salon mendekatiku dengan sigap bertanya ada apa hingga wajahku menjadi pucat seputih kertas.

Entah bagaimana akhirnya aku sampai di rumah sakit. Entah bagaimana juga tahu-tahu seluruh keluarga hadir di sana menyusulku. Aku yang hanya diam seribu bahasa menunggu suamiku di depan ruang gawat darurat. Aku tak tahu harus melakukan apa karena selama ini dialah yang melakukan segalanya untukku.

Ketika akhirnya setelah menunggu beberapa jam, tepat ketika kumandang adzan maghrib terdengar seorang dokter keluar dan menyampaikan berita itu. Suamiku telah tiada. Ia pergi bukan karena kecelakaan itu sendiri, serangan stroke-lah yang menyebabkan kematiannya.

Selesai mendengar kenyataan itu, aku malah sibuk menguatkan kedua orangtuaku dan orangtuanya yang shock. Sama sekali tak ada airmata setetespun keluar di kedua mataku. Aku sibuk menenangkan ayah ibu dan mertuaku. Anak-anak yang terpukul memelukku dengan erat tetapi kesedihan mereka sama sekali tak mampu membuatku menangis.

Ketika jenazah dibawa ke rumah dan aku duduk di hadapannya, aku termangu menatap wajah itu. Kusadari baru kali inilah aku benar-benar menatap wajahnya yang tampak tertidur pulas. Kudekati wajahnya dan kupandangi dengan seksama. Saat itulah dadaku menjadi sesak teringat apa yang telah ia berikan padaku selama sepuluh tahun kebersamaan kami.

Kusentuh perlahan wajahnya yang telah dingin dan kusadari inilah kali pertama kali aku menyentuh wajahnya yang dulu selalu dihiasi senyum hangat. Airmata merebak dimataku, mengaburkan pandanganku. Aku terkesiap berusaha mengusap agar airmata tak menghalangi tatapan terakhirku padanya, aku ingin mengingat semua bagian wajahnya agar kenangan manis tentang suamiku tak berakhir begitu saja.

Tapi bukannya berhenti, airmataku semakin deras membanjiri kedua pipiku. Peringatan dari imam mesjid yang mengatur prosesi pemakaman tidak mampu membuatku berhenti menangis. Aku berusaha menahannya, tapi dadaku sesak mengingat apa yang telah kuperbuat padanya terakhir kali kami berbicara.

Aku teringat betapa aku tak pernah memperhatikan kesehatannya. Aku hampir tak pernah mengatur makannya. Padahal ia selalu mengatur apa yang kumakan. Ia memperhatikan vitamin dan obat yang harus kukonsumsi terutama ketika mengandung dan setelah melahirkan. Ia tak pernah absen mengingatkanku makan teratur, bahkan terkadang menyuapiku kalau aku sedang malas makan. Aku tak pernah tahu apa yang ia makan karena aku tak pernah bertanya.

Bahkan aku tak tahu apa yang ia sukai dan tidak disukai. Hampir seluruh keluarga tahu bahwa suamiku adalah penggemar mie instant dan kopi kental. Dadaku sesak mendengarnya, karena aku tahu ia mungkin terpaksa makan mie instant karena aku hampir tak pernah memasak untuknya. Aku hanya memasak untuk anak-anak dan diriku sendiri.

Aku tak perduli dia sudah makan atau belum ketika pulang kerja. Ia bisa makan masakanku hanya kalau bersisa. Iapun pulang larut malam setiap hari karena dari kantor cukup jauh dari rumah. Aku tak pernah mau menanggapi permintaannya untuk pindah lebih dekat ke kantornya karena tak mau jauh-jauh dari tempat tinggal teman-temanku.

Saat pemakaman, aku tak mampu menahan diri lagi. Aku pingsan ketika melihat tubuhnya hilang bersamaan onggokan tanah yang menimbun. Aku tak tahu apapun sampai terbangun di tempat tidur besarku. Aku terbangun dengan rasa sesal memenuhi rongga dadaku. Keluarga besarku membujukku dengan sia-sia karena mereka tak pernah tahu mengapa aku begitu terluka kehilangan dirinya.

Hari-hari yang kujalani setelah kepergiannya bukanlah kebebasan seperti yang selama ini kuinginkan tetapi aku malah terjebak di dalam keinginan untuk bersamanya. Di hari-hari awal kepergiannya, aku duduk termangu memandangi piring kosong. Ayah, Ibu dan ibu mertuaku membujukku makan. Tetapi yang kuingat hanyalah saat suamiku membujukku makan kalau aku sedang mengambek dulu.

Ketika aku lupa membawa handuk saat mandi, aku berteriak memanggilnya seperti biasa dan ketika malah ibuku yang datang, aku berjongkok menangis di dalam kamar mandi berharap ia yang datang. Kebiasaanku yang meneleponnya setiap kali aku tidak bisa melakukan sesuatu di rumah, membuat teman kerjanya kebingungan menjawab teleponku. Setiap malam aku menunggunya di kamar tidur dan berharap esok pagi aku terbangun dengan sosoknya di sebelahku.

Dulu aku begitu kesal kalau tidur mendengar suara dengkurannya, tapi sekarang aku bahkan sering terbangun karena rindu mendengarnya kembali. Dulu aku kesal karena ia sering berantakan di kamar tidur kami, tetapi kini aku merasa kamar tidur kami terasa kosong dan hampa.

Dulu aku begitu kesal jika ia melakukan pekerjaan dan meninggalkannya di laptopku tanpa me-log out, sekarang aku memandangi komputer, mengusap tuts-tutsnya berharap bekas jari-jarinya masih tertinggal di sana. Dulu aku paling tidak suka ia membuat kopi tanpa alas piring di meja, sekarang bekasnya yang tersisa di sarapan pagi terakhirnyapun tidak mau kuhapus.

Remote televisi yang biasa disembunyikannya, sekarang dengan mudah kutemukan meski aku berharap bisa mengganti kehilangannya dengan kehilangan remote. Semua kebodohan itu kulakukan karena aku baru menyadari bahwa dia mencintaiku dan aku sudah terkena panah cintanya.

Aku juga marah pada diriku sendiri, aku marah karena semua kelihatan normal meskipun ia sudah tidak ada. Aku marah karena baju-bajunya masih di sana meninggalkan baunya yang membuatku rindu. Aku marah karena tak bisa menghentikan semua penyesalanku. Aku marah karena tak ada lagi yang membujukku agar tenang, tak ada lagi yang mengingatkanku sholat meskipun kini kulakukan dengan ikhlas.

Aku sholat karena aku ingin meminta maaf, meminta maaf pada Allah karena menyia-nyiakan suami yang dianugerahi padaku, meminta ampun karena telah menjadi istri yang tidak baik pada suami yang begitu sempurna. Sholatlah yang mampu menghapus dukaku sedikit demi sedikit.

Cinta Allah padaku ditunjukkannya dengan begitu banyak perhatian dari keluarga untukku dan anak-anak. Teman-temanku yang selama ini kubela-belain, hampir tak pernah menunjukkan batang hidung mereka setelah kepergian suamiku.

Empat puluh hari setelah kematiannya, keluarga mengingatkanku untuk bangkit dari keterpurukan. Ada dua anak yang menungguku dan harus kuhidupi. Kembali rasa bingung merasukiku. Selama ini aku tahu beres dan tak pernah bekerja. Semua dilakukan suamiku. Berapa besar pendapatannya selama ini aku tak pernah peduli, yang kupedulikan hanya jumlah rupiah yang ia transfer ke rekeningku untuk kupakai untuk keperluan pribadi dan setiap bulan uang itu hampir tak pernah bersisa.

Dari kantor tempatnya bekerja, aku memperoleh gaji terakhir beserta kompensasi bonusnya. Ketika melihatnya aku terdiam tak menyangka, ternyata seluruh gajinya ditransfer ke rekeningku selama ini. Padahal aku tak pernah sedikitpun menggunakan untuk keperluan rumah tangga. Entah darimana ia memperoleh uang lain untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga karena aku tak pernah bertanya sekalipun soal itu.

Yang aku tahu sekarang aku harus bekerja atau anak-anakku takkan bisa hidup karena jumlah gaji terakhir dan kompensasi bonusnya takkan cukup untuk menghidupi kami bertiga. Tapi bekerja di mana? Aku hampir tak pernah punya pengalaman sama sekali. Semuanya selalu diatur oleh dia.
Kebingunganku terjawab beberapa waktu kemudian.

Ayahku datang bersama seorang notaris. Ia membawa banyak sekali dokumen. Lalu notaris memberikan sebuah surat. Surat pernyataan suami bahwa ia mewariskan seluruh kekayaannya padaku dan anak-anak,

ia menyertai ibunya dalam surat tersebut tapi yang membuatku tak mampu berkata apapun adalah isi suratnya untukku.

Istriku Liliana tersayang,

Maaf karena harus meninggalkanmu terlebih dahulu, sayang.
maaf karena harus membuatmu bertanggung jawab mengurus segalanya sendiri.
Maaf karena aku tak bisa memberimu cinta dan kasih sayang lagi.
Allah memberiku waktu yang terlalu singkat karena mencintaimu dan anak-anak adalah hal terbaik yang pernah kulakukan untukmu.
Seandainya aku bisa, aku ingin mendampingi sayang selamanya.

Tetapi aku tak mau kalian kehilangan kasih sayangku begitu saja.
Selama ini aku telah menabung sedikit demi sedikit untuk kehidupan kalian nanti.
Aku tak ingin sayang susah setelah aku pergi.
Tak banyak yang bisa kuberikan tetapi aku berharap sayang bisa memanfaatkannya untuk membesarkan dan mendidik anak-anak. Lakukan yang terbaik untuk mereka, ya sayang.

Jangan menangis, sayangku yang manja.
Lakukan banyak hal untuk membuat hidupmu yang terbuang percuma selama ini.
Aku memberi kebebasan padamu untuk mewujudkan mimpi-mimpi yang tak sempat kau lakukan selama ini.
Maafkan kalau aku menyusahkanmu dan semoga Tuhan memberimu jodoh yang lebih baik dariku.
Teruntuk Farah, putri tercintaku.

Maafkan karena ayah tak bisa mendampingimu.
Jadilah istri yang baik seperti Ibu dan Farhan, ksatria pelindungku.
Jagalah Ibu dan Farah.
Jangan jadi anak yang bandel lagi dan selalu ingat dimanapun kalian berada, ayah akan disana melihatnya. O
ke, Buddy!

Aku terisak membaca surat itu, ada gambar kartun dengan kacamata yang diberi lidah menjulur khas suamiku kalau ia mengirimkan note.
Notaris memberitahu bahwa selama ini suamiku memiliki beberapa asuransi dan tabungan deposito dari hasil warisan ayah kandungnya.

Suamiku membuat beberapa usaha dari hasil deposito tabungan tersebut dan usaha tersebut cukup berhasil meskipun dimanajerin oleh orang-orang kepercayaannya. Aku hanya bisa menangis terharu mengetahui betapa besar cintanya pada kami, sehingga ketika ajal menjemputnya ia tetap membanjiri kami dengan cinta.

Aku tak pernah berpikir untuk menikah lagi. Banyaknya lelaki yang hadir tak mampu menghapus sosoknya yang masih begitu hidup di dalam hatiku. Hari demi hari hanya kuabdikan untuk anak-anakku. Ketika orangtuaku dan mertuaku pergi satu persatu meninggalkanku selaman-lamanya, tak satupun meninggalkan kesedihan sedalam kesedihanku saat suamiku pergi.

Kini kedua putra putriku berusia duapuluh tiga tahun. Dua hari lagi putriku menikahi seorang pemuda dari tanah seberang. Putri kami bertanya, “Ibu, aku harus bagaimana nanti setelah menjadi istri, soalnya Farah kan ga bisa masak, ga bisa nyuci, gimana ya bu?”

Aku merangkulnya sambil berkata “Cinta sayang, cintailah suamimu, cintailah pilihan hatimu, cintailah apa yang ia miliki dan kau akan mendapatkan segalanya. Karena cinta, kau akan belajar menyenangkan hatinya, akan belajar menerima kekurangannya, akan belajar bahwa sebesar apapun persoalan, kalian akan menyelesaikannya atas nama cinta.”
Putriku menatapku, “seperti cinta ibu untuk ayah? Cinta itukah yang membuat ibu tetap setia pada ayah sampai sekarang?”

Aku menggeleng, “bukan, sayangku. Cintailah suamimu seperti ayah mencintai ibu dulu, seperti ayah mencintai kalian berdua. Ibu setia pada ayah karena cinta ayah yang begitu besar pada ibu dan kalian berdua.”
Aku mungkin tak beruntung karena tak sempat menunjukkan cintaku pada suamiku. Aku menghabiskan sepuluh tahun untuk membencinya, tetapi menghabiskan hampir sepanjang sisa hidupku untuk mencintainya. Aku bebas darinya karena kematian, tapi aku tak pernah bisa bebas dari cintanya yang begitu tulus.

CERITA - Wanita Gaul dengan Pemuda Soleh

Seorang wanita gaul bertanya pada seorang pemuda yang soleh:







Wanita: "Kenapa sih kamu nggak mau bersentuhan tangan denganku? Emangnya aku ini hina ya?"

Pemuda: "Bukan begitu Mba, Justru saya lakukan itu karena saya sangat menghargai Mba sebagai seorang wanita"

Wanita: "Maksudmu?"

Pemuda: "Coba saya tanya sama Mba, apakah boleh seorang rakyat jelata menyentuh tangan putri keraton yang dimuliakan?"

Wanita: (Sambil mengernyitkan dahi) "T..Tentu gak boleh sembarangan dong!"

Pemuda: "Nah, Islam mengajarkan bagaimana kami menghormati semua wanita layaknya ratu yang ceritakan tadi. Hanya pangeran saja yang layak menyentuh tuan putri".

Wanita: (Sambil agak malu) "Oh.. Terus kenapa sih mesti pakai menutup tubuh segala, pake kerudung lagi, jadi gak keliatan seksinya"

Pemuda : (Membuka sebuah rambutan, lalu memakannya sebagian. Dan mengambil sebuah lagi sambil menyodorkan 2 buah rambutan itu pada wanita tersebut) "Kalau Mba harus memilih, pilih rambutan yang sudah saya makan atau yang masih belum terbuka"

Wanita: (Sambil keheranan dan sedikit merasa jijik) "Hi.. Ya saya pilih yang masih utuh lah, mana mau saya makan bekas Mas".

Pemuda : (Sambil tersenyum) "Tepat sekali, semua orang pasti memilih yang utuh, bersih, terjaga begitu juga dengan wanita. Islam mensyariatkan wanita untuk berhijab dan menutup aurat semata-mata untuk kemuliaan wanita juga".

Wanita: "Terimakasih ya, aku semakin yakin untuk berhijab dan menutup aurat, Islam memang sangat memuliakan wanita.
Subhanallah. Ngomong-ngomongMas sudah punya pacar belum?"

Pemuda: "Mmm.. Saya belum punya dan bertekad tidak akan punya pacar."

Wanita : (Kebingungan) "Loh, kenapa? Bukannya semua muda-mudi sekarang punya temen istimewa"

Pemuda: "Begini Mba, kira-kira kalau Mba diberi hadiah handphone, ingin yang bekas atau yang masih baru??"

Wanita: "Ya jelas yang baru lah"

Pemuda: "Kalau suatu saat Mba menikah, mau pakai baju loakan yang harganya Rp.50.000/3 potong atau gaun istimewa yang harganya Rp.20 juta keatas"

Wanita: "Ih.. Mas ini. Ya pasti saya pilih gaun istimewa, mana mau saya pakai baju loakan, udah bekas dipegang orang, gak steril lagi. hi..."

Pemuda: "Nah, begitu juga Islam memandang pacaran Mba. Kami, diajarkan untuk menjunjung ikatan suci bernama pernikahan. menjadi pasangan yang saling mencintai karenaNya. Yang menjaga kesucian dan kehormatan dirinya sebelum akad suci itu terucap. Karena kami hanya ingin mempersembahkanyang terbaik untuk pasangan kami kelak"

Wanita: (Hatinya berdebar-debar tak menentu, kata-kata pemuda tadi menjadi embun bagi hatinya yang selama ini hampa. Matanya pun menetes) "Mas, aku semakin merasa banyak dosa. Masihkah ada pintu taubat untukku dengan semua yang sudah aku lakukan?"

Pemuda: (Matanya berbinar, perkataannya berat) "Mba, jikalah diibaratkan seorang musafir kehilangan unta beserta makanan dan minumannya di gurun pasir yang tandus. Maka kebahagiaan Allah menerima taubat hambanya lebih besar dari kebahagiaan musafir yang menemukan untanya kembali. Kalaulah kita datang dengan membawa dosa seluas langit, Allah akan mendatangi kita dengan ampunan sebesar itu juga. Subhanallah".

Wanita: (Berderai air matanya, segera ia usap dengan tisunya) "Terimakasih Mas, saya banyak mendapatkan pencerahan hidup. Semoga saya bisa berubah lebih baik”

Pemuda: “Aamiin”

CERITA CINTA - Harta Memang Bisa Membeli Segalanya , Tapi Tidak Untuk Cinta

Ada sepasang kekasih yg begitu saling kasih dan mencintai
Dua insan kekasih itu ber nama Shinta dan adrian
Hubungan shinta dengan adrian sudah berjalan hampir lima tahun. Selama ini hubungan mereka berjalan sangat harmonis.
Shinta mengenal betul watak adrian yang begitu penyayang, tulus dalam mencintainya, dan baik dalam tutur katanya
Itu yang membuat shinta begitu sangat mencintai adrian
Adrian berjanji
Shinta.... aku tidak akan bisa hidup tanpamu, semua akan ku berikan asal kau bahagia sekalipun itu nyawa sbagai taruhannya



















Namun setelah perjalanan panjang cerita cinta shinta dan adrian
Akhirnya shinta mengalami kejenuhan dengan ketulusan cinta adrian "adrian yang hanya seorang buruh tak akan mungkin bisa membahagiakan aku jika menikah nanti, tak cukup dengan ketulusan cinta saja" bisik shinta dalam hatinya
Ini yang membuat shinta ingin meninggalkan adrian yaitu "Materi" Selama berhubungan dengan adrian shinta memang selalu mendapatkan semua ketulusan cinta dari adrian
Tapi hanya materi yang shinta tidak pernah dapatkan dari Adrian selama ini.

Pada suatu hari shinta berkenalan dengan seorang pria bernama Reno. Reno seorang eksekutif muda yang terbilang sukses, ini yang membuat shinta tidak menolak saat Lina sahabat'nya memperkenalkan dirinya pada Reno.

Setelah shinta memutuskan hubungan dengan adrian....adrian pergi entah kemana dengan membawa perasaan kecewa dan rasa sedih yg teramat dalam
satu bulan setelah perkenalan itu shinta dan Reno pun akhirnya menjalin cinta
Shinta terlihat bahagia menjalin cinta dengan Reno
Reno sangat memanjakan shinta dengan membelikan apapun yang shinta inginkan
Inilah yang shinta inginkan yang tidak pernah ia dapatkan dari Adrian.

Akhirnya mereka pun menikah. Awalnya shinta sangat bahagia dengan pernikahan dan kehidupannya yang bergelimangan harta
Tetapi keadaan berubah ketika sikap Reno yang sudah mulai kasar, tak ada lagi kelembutan pada sikap Reno seperti saat berpacaran
Sikap Reno yang tempramental membuat tangannya mudah memukuli shinta

Ketika itu datang seorang wanita yang mengaku mantan istri Reno
Ia datang untuk meminta tanggung jawab Reno untuk membiayai anaknya yang sudah beranjak dewasa.
Shinta pun terlihat shock atas kenyataan ini,
Apalagi ketika Diana mantan istri Reno menceritakan semua perilaku Reno sebenarnya.

Tak pikir lama setelah mendengar semua kebenaran dari Diana,
Shinta pun akhirnya meninggalkan rumah Reno
Tapi niat shinta untuk pergi dari rumah diketahui Reno
Reno mengejar shinta agar tidak pergi dari rumah
Namun shinta tetap berlari sekuat tenaganya hingga suatu kejadian naas menimpa dirinya,
Sebuah mobil mini bus menabrak tubuh shinta
Peristiwa kecelakaan itu membuat ginjal shinta rusak dan penglihatan shinta mengalami kebutaan

Setelah kejadian yg menimpa shinta akhirnya reno meninggalkan shinta
Shinta menjalani hidupnya sendiri dengan ditemani sebuah tongkat yang membantunya menentukan arah berjalan
Entah berapa lama ia akan bertahan dengan penyakitnya yang hanya memiliki satu ginjal dan kebutaan. Dalam tangisan kelelahannya tanpa sadar shinta jatuh pingsan di pinggir sebuah jalan

Begitu terkejutnya shinta ketika terbangun ternyata ia mampu melihat, shinta mengusap-usap matanya tanda tak percaya apa yang terjadi
Ia pun melihat sekelilingnya dan merasa aneh,
karna ia sudah ada dirumah sakit. Ketika suster datang,
Shinta'pun menanyakan apa yang terjadi
"Sus, kenapa saya ada di rumah sakit, siapa yang mengantar dan menolong saya?" tanya shinta
"Ini mbak, ada surat dari sesorang yang mengantarkan mbak kesini." jawab suster.
Tanpa pikir panjang shinta pun meraih kertas itu dan langsung membacanya dengan seksama.

"Apa kabar shinta... ? semoga kamu baik-baik saja. Selama ini... walaupun aku jauh dari kamu, Aku tetap memperhatikan kamu dari jauh, bahkan pernikahan kamu yang membuat aku terpuruk...aku tidak bisa melupakan kamu...Kalau kamu masih ingat gak,..ketika kita naik motor berdua kamu selalu tertidur, ketika kita ingin nonton bioskop yang akhirnya tidak jadi gara-gara harga tiketnya mahal, dan ketika kamu mendorong motorku saat motorku kehabisan bensin? Kenangan manis itu yang membuat aku kuat untuk menjalani hidup ini meski tanpamu."
"Shinta.... aku banyak mendengar tentang dirimu dari Lina, bahwa kehidupanmu sangat penuh dengan air mata. Setiap mendengar semua penderitaan mu.. aku selalu menangis..Untuk itu aku datang untuk memenuhi janjiku shinta...."
" Semoga dengan keadaan yang sekarang kamu bisa bahagia...dr orang yg slalu mencintai dan menyayangimu Adrian.

Tak terasa shinta menangis meneteskan air mata
Dadanya terasa sesak, keinginannya bertemu adrian pun tidak tertahan lagi. "Sus, kemana sekarang orang yg menberikan surat ini namanya adrian suster?"
Shinta dengan suara tangis yang tertahan dan suaranya yang serak.

Suster hanya terdiam
Baru setelah shinta mengulang pertanyaan itu beberapa kali
suster itu menjawab "orang yg memberikan surat ini saudara adrian sudah meninggal saat operasi, untuk mendonorkan ginjalnya juga kornea matanya buat mbak shinta...hanya surat itu yang terakhir yang diberikan oleh saudara adrian ." jawab suster dengan terbata-bata.

Shinta pun tidak bisa berkata apa-apa. ia hanya menangis sambil memeluk erat surat dari adrian
Shinta menangis histeris mengingat telah menyakiti dan peninggalkan adrian orang yg begitu lulus dan sayang
Denngan menyebut nama adrian shinta terus menangis dan menangis

Demikian lah akhir dari kisah sepasang kekasih itu ygi telah berpisah hanya karena materi
Mungkin itu akan membuat kita berkata:
Harta memang bisa membeli segalanya... tapi Cinta tidak dapat di beli dengan harta..


CERITA CINTA - Sampai Kapan Aku Harus Menunggu

Disini, di bawah sinar rembulan. Aku selalu menunggunya, menunggu dia yang aku cintai. Walaupun sia-sia saja penantian ini.

Aku seorang yang bisu. Bisu dalam cinta. Tak pernah aku ungkapkan rasa rinduku padanya. Bahkan hanya air mata yang keluar dari mataku ketika mengingatnya.
Dulu aku dan dia selalu bersama di dalam sebuah persahabatan. Di masa susah dan senang. Tak pernah kita terpisah. Hingga pada suatu saat aku harus menerima kenyataan pahit bahwa dia harus berpisah dariku.

Belanda. Dia di Belanda. Di sebuah negara yang membuat dirinya sendiri damai. Membuat kebebasan mutlak bagi dirinya sebagai seorang gay. Mungkin semua orang berpikir bahwa aku ini wanita bodoh yang tidak bisa mencari seorang pria sejati. Tidak! Aku tegaskan pada kalian! Dia pria sejati dimataku. Dia sosok yang tegas. Dialah yang membuatku merasa berbeda.


























Selama kami bersahabat. Tak pernah aku lihat dia menyukai sesama jenisnya. Bahkan semua orang menganggap kami sebagai sepasang kekasih. Kami bersahabat semenjak kami duduk di bangku SMA. Entah mengapa, kami selalu masuk dalam kelas yang sama saat pembagian. Sehingga itu membuat kami tak terpisahkan.

Aku benar-benar merasakan ada cinta diantara kami. Namun semua itu pupus semenjak dia berkata tentang kehidupannya yang sebenarnya menjelang hari kelulusan. Hatiku sakit. Sepertinya percuma saja aku mengungkapkan cintaku padanya,
“La, maafin gue ya.” katanya pelan,
“Maaf kenapa Joe?” tanyaku,
“Sheila. Gue gu-gue...”
“Lo kenapa?”
“Gue gay La.”

Mendengar ucapannya itu hatiku serasa tersayat. Seorang Joe yang sangat terkenal sebagai pria tertampan di sekolah dan terkenal pandai itu ternyata gay. Aku seperti tertampar.
“Lo bercanda kan?”
“Eng-enggak La.”
“Nggak mungkin. Gue nggak pernah lihat lo pacaran sama cowo!”
“Ta-tapi gue pernah backstreet sama...”
“Sama siapa Joe?”
“Randy.” jawabnya singkat dan dia menundukan kepalanya.

Randy? Aku benar-benar tidak percaya. Randy adalah mantan pacarku. Dan dia juga gay? Apa nasibku yang mencintai seorang pria gay? Kenapa?
“Joe! Apa lo nggak nyadar kalo selama ini ada cewe yang bener-bener sayang sama lo?” Bentakku,
“Maaf La. Tapi gue beneran bahagia dengan keadaan ini.”

Lo bodoh Joe! BODOH!” Bentakku lagi, lalu aku pergi meninggalkannya.
Aku masih terpukul dengan ungkapan Joe. Aku merasa terbunuh saat itu. Padahal aku ingin mengatakan bahwa aku mencintainya lebih dari sahabat. Mulutku membisu dengan sendirinya. Hanya air mata yang mengalir dari mataku ini.

Setelah kelulusan, Joe melanjutkan kuliahnya ke Belanda. Dia hanya beralasan bahwa disana dia ingin belajar dengan baik. Namun aku tahu alasan sesungguhnya. Agar dia bisa bebas menikmati penyakitnya. Penyakit gay yang sangat menjijikanku.
Walaupun aku tidak bisa memaafkannya.

Aku masih saja menunggunya. Aku masih saja mengenangnya. Aku menjadi bodoh karena cinta. Namun aku bisu dengan cinta.
Tiga tahun kemudian aku menerima sebuah surat dari Joe. Sebuah kabar bahwa dia akan pulang ke Indonesia sebulan kemudian. Tepat saat Valentine. Aku hanya menunggunya dengan sabar. Walau hatiku masih terluka menerima kenyataannya.

Hari Valentine tiba. Joe benar-benar kembali. Dia memberiku sebuah hadiah. Dia menyatakan cintanya padaku. Dia berkata bahwa dia sudah tidak mau memiliki pasangan sejenis lagi. Namun itu sungguh membuatku bingung. Aku benar-benar membisu ketika dia berkata cinta.
Aku memang menerima cintanya.

Dia hadiah terindah di hari Valentine ini apalagi sekarang dia memang sudah jauh berbeda. Dia Sarjana sekarang. Dia lulusan Belanda. Dia memang hebat karena hanya dalam tiga tahun saja dia sudah bisa lulus sedangkan aku masih menunggu setengah tahun lagi untuk lulus.

Namun kebahagiaan itu tidak berlangsung lama. Setelah aku tahu bahwa Joe positif HIV. Apakah ini alasan dia untuk tidak lagi gay? Lagi-lagi aku tidak bisa berbuat apa-apa. Aku ingin marah, namun di dalam hatiku aku masih mencintainya.

Apapun kondisi Joe aku tetap mencintainya. Hingga dia benar-benar tidak berdaya dan hanya terbaring di atas tempat tidur. Sudah satu minggu dia menginap di rumah sakit dengan kondisi yang semakin parah.
“Sheila.” Ucapnya lirih,
“Joe? Lo harus kuat!” Kataku,
“Kapan gue bisa pulang ke rumah?”
“Tunggu kondisi lo membaik ya?”
“Ya. Gue pengen keluar dari kamar. Gue bosen tidur terus.”
“Oke. Gue bawa lo ke taman ya?”
“Iya.”

Aku membawa Joe ke taman untuk melihat matahari tenggelam. Sebenarnya aku sangat sedih melihat kondisinya sekarang. Dulu dia seorang yang benar-benar kuat dan selalu menang dalam pertandingan basket. Namun, dia menjadi lemah dan tak berdaya.

Sheila. Selama gue sama lo. Gue nggak pernah bikin lo bener-bener bahagia.” katanya,
“Nggak kok. Lo itu segalanya buat gue. Lo selalu bikin gue bahagia. Coba kalau gue nggak bahagia. Gue nggak bakalan cinta sama lo.”

Ah lo bisa aja. Oh ya, lo harus inget gue setiap malem. Apalagi waktu matahari tenggelam.”
“Emang lo mau balik ke Belanda lagi?”
“Enggak. Gue mau balik ke tempat yang bener-bener indah.” lalu dia tersenyum,
“Jangan bercanda deh!”

Gue serius. Gue bakal tenang disana. Apalagi kalau lihat lo.”
“Nggak! Mending gue nggak lihat matahari tenggelam daripada lo pergi.”
“Cepat atau lambat gue bakal pergi La.”
Air mataku menetes. Hatiku tersayat setelah mendengar perkataan Joe. Apa aku harus menunggunya lagi? Sampai kapan?

Selama aku menghapus air mataku, aku tidak sadar kalau hal buruk menimpa Joe. Seketika darah dari hidungnya keluar begitu saja. Aku sangat panik ketika melihat wajahnya yang begitu pucat dan sepertinya ia menahan sakit.
“Joe! Lo nggak pa-pa kan?” Tanyaku dalam kepanikan,
“Eng-enggak pa-pa kok.” jawabnya pelan dan dia benar-benar menahan sakit,

Aku membawanya kembali ke kamarnya. Walau aku tahu darah seorang positif HIV itu mengandung virus dan dapat mengancamku. Aku tetap bersedia untuk menghapusnya,
“Udah La! Jangan ikutan hapus darah gue. Ntar lo ketularan!

kata Joe merasa bahwa dia menjijikan,
“Nggak Joe! Gue nggak peduli sampe gue mati juga nggak peduli.”
Sepertinya Joe benar-benar tidak kuat dengan kondisinya itu. Aku merasakan bahwa dia sangat kesakitan. Lalu dia tidak sadarkan diri.

Semenjak itu, aku berusaha untuk menjaga Joe. Dia sangatlah berharga bagiku. Aku tidak mau menunggunya lagi. Aku ingin selalu bersamanya. Namun takdir berkata lain. Tidak ada kuasa yang lebih besar daripada kuasa Tuhan. Di hari ulang tahunnya yang ke dua puluh dua, dia pergi untuk selamanya.

Hanya air mata yang bisa aku berikan untuknya. Aku mengingat senyumannya ketika ia akan pergi. Senyuman kedamaian di wajahnya. Dan lagi-lagi aku tidak mampu berbuat apapun. Aku hanya terdiam membisu.

Malam ini semakin dingin saja. Udara dingin ini menusuk tulangku bersama kenangan akan Joe yang sudah aku uraikan. Sampai sekarang aku tetap menunggunya. Menunggu sebuah hal yang sia-sia. Menunggu hal yang sudah pergi. Rasa cinta yang abadi membuatku rela untuk selalu mengenang dan menunggunya. Hanya satu pertanyaanku. Sampai kapan aku harus menunggu?

-The End-

Senin, 28 November 2016

CERITA CINTA - Untukmu Yang Datang Dan Pergi Seenak Hati Tanpa Permisi

Untukmu seseorang yang ada disana, yang seenak hati datang dan pergi begitu saja tanpa permisi. Sadarkah kamu bahwa aku disini telah terperangkap dalam jaring yang kau tebar. Kau buat aku jadi selalu terbayang-bayang akan dirimu. Kau buat aku jadi serba salah. Kau buat aku kurus dan malas makan. Kau buat aku senang lalu kau buat aku sedih. Kau buat aku jadi jatuh cinta kepadamu. Serius! Kau telah buat aku jatuh hati kepadamu.



















Kehadiranmu didalam hidupku perlahan membuatku seperti aku telah melihat masa depanku. Kedatanganmu ditengah kesepianku memberiku sedikit asa bahwa aku mungkin akan memiliki teman hidup. Aku sedikit banyak mulai berharap kepadamu. Ku berharap kelak kau dan aku bisa menjadi sepasang kekasih. Mengarungi hidup berdua, melewati suka dan duka bersama.

Namun nampaknya harapanku tinggal harapan. Saat aku benar-benar yakin untuk memilihmu, kau tiba-tiba hilang tak ada kabar. Kau pergi meninggalkanku sementara disini aku telah berharap lebih kepadamu. Aku sangat kecewa mengapa kau pergi setelah kau berhasil membuatku jatuh cinta.

Dalam beberapa lama, ku tunggu kau disini. Berharap kau datang lagi meskipun tanpa permisi. Dan entah kamu mendengar suara hatiku atau tidak. Kau datang lagi kedalam kehidupanku. Tentu saja, aku sangat bahagia dengan kedatanganmu yang telah lama aku tunggu. Hatiku yang tadinya layu, kini jadi segar dan berbunga lagi. Kau beri aku harapan lagi dan aku benar-benar berharap kau kali ini tak akan lagi pergi dengan seenak hati tanpa permisi.

Harapanku sepertinya akan terjadi sesuai apa yang kuharapkan. Kedatanganmu kali ini jauh lebih dari kedatanganmu yang pertama. Kedatanganmu yang kali ini, kau seperti ada juga rasa kepadaku. Ku pikir aku yang harus mendekatimu namun ternyata kau yang mendekatiku. Hatiku pun bertanya-tanya "apakah jangan-jangan kau juga mencintaiku ?

Kau terlihat seakan merespon apa yang ada didalam hatiku. Ku kira kau mencintaiku namun ternyata lagi dan lagi kau pergi seenak hati tanpa permisi. Kau menghilang lagi seperti ditelan bumi.

Kali ini sudah cukup, aku tak mau lagi berharap kepadamu. Aku sudah lelah ditarik ulur olehmu. Ini pelajaran bagiku agar tak terlalu berharap apalagi berharap dicintai olehmu. Memang aku sadar, jatuh cintaku kepadamu bukan salahmu. Ini salahku mengapa aku bisa-bisanya jatuh cinta kepadamu. Dan jika nanti kau datang lagi kedalam kehidupanku dan datangnya tanpa permisi lagi maka tak akan ku berharap lagi.

Mulai hari ini aku akan belajar melupakanmu. Jadi nanti bila kau datang lagi, setidaknya aku sudah bisa memandangmu tanpa rasa cinta dihatiku. Tapi kalau bisa, aku berharap kau tidak datang lagi agar aku tak terjebak lagi. Karena aku sadar, aku tak bisa menyembunyikan rasa cintaku bila ada kau dikehidupanku.

Untukmu yang datang dan pergi seenak hati tanpa permisi. Ku harap kau tidak lagi menggangguku. Ku mohon jika kau bisa membaca isi hati dan pikiranku maka jangan lagi datang kepadaku. Lebih baik kau biarkan aku disini untuk belajar melupakanmu. Aku tak mau perasaanku terus kau tarik ulur walau kemungkinan kau tidak sadar bahwa aku mencintaimu.

Namun bila kau ingin datang lagi maka aku akan mempersilahkanmu asal kau datang dengan membawa cinta untukku. Kalau kau hanya datang lagi untuk sekedar singgah maka aku tak akan membuka pintu hatiku lagi. Ku harap kau mendengarku