Kutulis semua hal yang menjadi keinginanku untuk pertama kali. Dahulu aku pernah berangan-angan untuk membawamu di sisiku untuk waktu yang lama. Bangun tidur pagi sekali untuk menyiapkan sarapan untukmu sebelum berangkat ke kantor, menyambutmu di rumah sepulang bekerja dan bercerita panjang lebar tentang pekerjaanmu dan pekerjaanku. Melihatmu tersenyum dan membantumu banyak hal. Melihat wajahmu dan tertidur di sampingmu. Mengucapkan selamat malam sebelum kamu terlelap. Aku akan belajar memasak dan mempersiapkan makanan enak untukmu. Menjadi istri yang baik yang menemanimu. Andaikan waktunya tiba, aku juga ingin mempunyai versi kecil dari diriku.
Hari ini. Kamu bisa melihatku tertawa, selalu tertawa di sampingmu, semua aku lakukan hanya untuk membuatmu tersenyum bahagia. Coverku memang sangat ceria, tertawa polos, bercerita banyak hal bodoh, mengukir candaan yang seringkali tidak berhasil membuatmu tertawa. Tahukah kamu? Aku tidak sekuat itu, kisah hidupku berbeda denganmu. Perjuanganku, ketangguhanku, cerita hidupku terlalu menyakitkan untuk diceritakan. Aku coba menyisipkan senyum di cerita krisis hidupku hanya untuk membuatmu tidak sedih dan agar aku tidak menitihkan air mata. Aku benci dengan sisi diriku yang lemah dan aku ingin menyembunyikan dari siapapun di dunia ini, termasuk kamu.
Tujuh, delapan tahun bukanlah waktu yang singkat untuk mengenal seseorang. Biar begitu, aku tidak suka saat kamu membahas masa laluku. Aku pun tidak sering membahas masa lalumu. Aku tidak ingin flashback mengingat luka masa lalu lagi. Aku tahu dahulu aku pernah menyakitimu, tapi aku sudah berubah. Seiring waktu seseorang bisa menjadi lebih dewasa dan menjadi lebih baik bukan? Tidak adakah kesempatan untukku membuktikannya? Sudah terlambat.
Menungumu adalah hal termanis dan terpahit yang aku rasakan. Aku rela sendiri dan diam-diam menolak mereka karena aku harap suatu hari kamu tahu perasaanku. Apakah kamu sudah tahu perasaanku? Kamu bertanya kenapa aku suka padamu? Aku tidak tahu, aku lemah bila jatuh cinta. Sejujurnya ada ketakutan bila kali ini gagal dengan alasan yang menyakitkan seperti dahulu.
Perasaan ini tumbuh tidak disengaja, semakin besar dan besar. Hingga aku tidak tahu harus bagaimana. Aku galau…
Kuminta kepastian dari hubungan kita yang menggantung dan kamu berkata "kita berteman". Seakan tubuhku menjadi sangat lemah mendengarnya. Biar begitu aku berusaha tersenyum di depanmu. Tak meleset memang firasatku. Di ulang tahunmu, aku harap yang terakhir kali, aku ingin memberikanmu sesuatu yang menghangatkan tubuhmu ketika kamu jauh di sana. Tadi malam aku menuliskan surat panjang sekali berisi cerita dari awal kita bertemu, entah mengapa aku merasa bersalah padamu, sisi hatikupun ada rasa nyeri saat ingat waktu kita pacaran. Aku juga terluka, tidak hanya kamu. Mengingat setiap jengkal kenangan kita membuatku menitihkan air mata di lenganmu.
Tidak mudah menghapusmu dari ceritaku, perlahan-lahan kita sering berbagi bersama dan semua akan menjadi kenangan. Apa yang aku lakukan selama ini bukanlah apa-apa hanya 1% saja dari perasaanku. Waktu untukmu di sela pekerjaanku, kondisi tubuhku bukan halangan untuk waktu kita bersama, menungumu untuk waktu yang lama. Bisakah kamu lihat perasaanku? Memastikan kamu sudah tahu membuatku lega. Tidak mudah menghapus semua ini, namun aku pasti bisa.
Sulit bagiku mengejarmu, bahkan kamu tidak pernah bicara tentang apa yang kamu mau, sedangkan aku yang terlampau banyak menuliskan cerita masa depan. Kini, saat kamu berkata jawabannya, aku mulai sadar apa yang harus aku perbuat, aku mulai mundur mulai saat ini. Lupakanmu yang pernah jadi istimewa. Aku tidak mengira akhir kita "sad ending". Aku jadi ingat film sedih yang aku tonton seperti First Kiss, A Crazy Little Thing Called Love dan You're The Apple of My Eye. Aku adalah pemeran utamanya dan aku yang kalah.
Bukan pertama kali aku patah hati. Aku sudah sering sakit hati karena putus cinta, dikhianati teman, ketika ada masalah di keluarga dan masih banyak lagi. Kali ini aku harus bisa menerima dengan lapang dada. Seperti lagu Sheila on 7- Lapang dada. Berjalan sendiri lagi dalam waktu lama untuk mencairkan es di hatiku.
Semoga kamu di sana paham, aku tidak bisa terus dekat denganmu, sulit bagiku menahan keinginan untuk membangun masa depan denganmu saat kamu di sampingku. Harus ada manusia seperti aku yang mempunyai kisah yang berakhir sedih. Harus ada aku seseorang yang belajar kuat sendiri dan tahan banting untuk masa depanku. Kali ini aku hanya berpikir positif bahwa Tuhan tidak merestui aku dan kamu. Namamu dan namuku memang tidak digariskan bersama.
Begitu banyak hal yang kualami yang kulalui. Saat bersamamu kurasa senang kurasa sedih. Air mata ini menyadarkanku kau takkan pernah jadi milikku (Noah- Hidup Untukmu Mati Tanpamu)
Air mata terus mengalir mengiringi kisah yang sudah usai. Biarlah hujan sesekali, nanti pasti awan mendung akan berganti sinar mentari yang menghangatkan jiwaku dan menerangi sisi hatiku yang gelap. Selamat tinggal. Good bye for a long time. Perpisahan menyedihkan dan hatiku terluka. Jaga dirilah, baik-baik di sana. Aku tidak akan kembali lagi di sisimu. Kau tak akan pernah jadi milikku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar