Bagaimana rasanya jika kita harus melupakan hal yang paling kita sukai? Sulit bukan? Begitu juga Nandira. Nandira harus melupakan Fathan seorang pria yang sangat dia cintai saat ini. Ibunya tidak pernah menyukainya. “Miskin” itulah yang membuat ibunya fathan tidak menyukai dan bahkan tidak merestui hubunganku dengan anaknya itu. “Seperti langit dan bumi, apa kau tidak sadar?
Itu adalah kata yang ibunya fathan ucapkan ketika dia bertemu dengan ibunya fathan di sebuah pusat pembelanjaan yang saat itu dia sedang bekerja sebagai Office Girl. Sudah berkali-kali dia berkata kepada fathan agar fathan memutuskannya, namun fathan tidak ingin melepaskannya, tak jarang dia berkata akan bunuh diri jika nandira meninggalkannya bahkan fathan berkata kalau nandira meninggalkannya dia akan gila. Ibunya fathan memang tidak pernah menunjukan ketidaksukaannya terhadap nandira di depan fathan, karena dia takut anaknya memberontak.
Nandira tidak ingin terjadi apa-apa dengan fathan, tapi dia tidak ingin terus dihina dan bahkan mendapat banyak masalah. Ibu kostnya menyuruh dia pergi dari tempat kostnya karena dia telat membayar satu hari, padahal sebelumnya dia sering telat membayar bahkan sampai seminggu, tapi ibu kostnya tidak pernah menyuruhnya pergi. Ketika nandira membawa koper ke luar, dia melihat ibunya fathan sedang berbicara kepada ibu kost. Dia yakin sekali ibunya fathan yang berbuat ini kepadanya, membuat dia kehilangan tempat tinggalnya.
Kenapa nandira mencurigai ibunya fathan, karena sebelumnya dia dipecat dari pekerjaan lamanya sebagai pelayan cafe karena ibunya fathan. Nandira tidak bisa berbuat apa-apa lagi, tadinya dia akan pulang ke tempat kelahirannya, karena kedua orangtua dan adiknya tinggal disana. Namun apa yang harus nandira katakan kepada mereka?
Ibunya fathan menghampiri nandira “apa kau menderita saat ini?” “Tidak” jawabnya. “Aku akan memberimu banyak uang, tapi” “aku harus meninggalkan anakmu, hah?” Ucap nandira memotong pembicaraannya. Ibu fathan memberinya cek yang berisi 50 juta, Nandira tetap diam tidak menerimanya “apa ini kurang, aku akan memberimu 2 kali lipat, apa kau mau?” “Kau tidak perlu membayarku, aku akan meninggalkan anakmu jika kau tidak menyukaiku.” Nandira pun meninggalkan wanita yang membuatnya marah dan sedih itu.
Nandira berjalan menelusuri jalanan yang sedang macet dengan membawa koper kecil berisi baju-baju. “Nandira!” Nandira menengok ke belakang untuk melihat seseorang yang memanggilnya. Ternyata fathan yang memanggilnya, fathan berjalan ke arah Nandira.
Sungguh aku merindukanmu nan, selama satu minggu kita tidak bertemu, bahkan kamu tidak memberiku kabar sedikit pun. Apa yang sudah terjadi sayang?”
Dia memeluk gadis itu, namun Nandira hanya terdiam tidak membalas pelukan pacarnya itu. Nandira melepaskan pelukannya lalu fathan menatap Nandira, dia mengangkat dagu gadis itu dengan pelan “apa kau menangis, kau bisa menangis dan bersandar di pundaku. Ayo kita duduk dulu sebentar agar kau tenang.” Ujarnya membawa nandira ke kursi taman yang tidak jauh dari tempat mereka berdiri.
Nandira tidak bisa menahannya, menahan air mata yang akan mengalir deras. dia menangis dengan tersedu-sedu, fathan merangkulnya namun kali ini fathan memeluk nandira dengan sangat erat. Dia membelai rambut nandira dan mencoba membuat gadis yang berada di pelukannya itu tenang. Perlahan-lahan tangisan nandira berhenti, nandira merasa sangat nyaman ketika barsama fathan.
“Coba ceritakan sayang, apa yang terjadi?”
“Aku, aku tidak bisa menceritakannya.”
“Nandira, apa kau tidak mempercayaiku? Satu kata pun cukup, aku bisa mengerti'”
“Ibumu,”
Ya aku tahu, apa yang aku pikirkan ternyata benar. Ayo kita pergi.”
Tidak fathan kau tidak mengerti, aku akan menceritakannya, asal kau jangan membawaku pergi.”
Aku menceritakan semuanya, dia terlihat marah, namun dia mencoba menyembunyikan kemarahannya.
“Kau tidak usah khawatir, aku akan mencoba berbicara kepada ibuku. Sudah jangan menangis sayang semuanya akan baik-baik saja.” Ucap fathan dengan menghapus air mata Nandira.
Namun setelah fathan pergi, Nandira langsung menaiki kereta untuk menuju kampung halamannya.
Di Rumah Fathan
Fathan datang dengan basah kuyup, dan dia seperti mabuk.
“Apa yang terjadi sayang” ucap ibunya dengan memegangi pipi fathan
“Diam kau, siapa kau. Aku tidak mengenalimu.” Teriaknya
“Itu ibu kita kak. Apa kau gila?” Ucap seorang gadis dengan berteriak.
“Diam kau!” Teriak fathan dengan menunjuk gadis itu.
“Nak.” Ucap ibunya dengan pelan
“Siapa kau? Jika kau ibuku kau tidak akan membuat hidup anakmu menderita. Aku membencimu ibu.” Ucapnya dengan menangis lalu dia terjatuh karena kurang keseimbangan akibat mabuk berat.
Ibu dan adiknya yang bernama syila mencoba membantunya.
“Lepaskan tangan ibu, biar syila yang bantu aku.” Menepis tangan ibunya
“Apa yang terjadi kak.” Ucap syila dengan lembut agar kakaknya tidak terpancing emosi
“Nandiraku meninggalkanku.”
“Kenapa dia meninggalkanmu kak?”
Dia, dia yang memintanya.” Menunjuk ke arah ibunya
“Ibuuu, kenapa?” Lirih syila
“Maafkan ibu sayang, itu yang terbaik untukmu.” Ibunya berkata dengan menangis
“Iya ini yang terbaik, aku akan mati atau jika tidak aku akan gila. Itu kan yang ibu inginkan?” Suaranya pelan dan dia tersenyum tipis
Ibunya hanya menangis tidak lagi berkata.
Sudah tiga hari fathan tidak ke luar kamar. Ibunya sangat khawatir, selama tiga hari dia berfikir apa yang harus ia lakukan. akhirnya dia menelepon nandira, dia menceritakan semuanya, dia meminta maaf kepada nandira dan memintanya untuk datang ke rumahnya untuk menyelamatkan nyawa anaknya, fathan.
Setelah 3 jam ibunya menunggu gadis yang sangat dicintai oleh anaknya, akhirnya gadis itu datang. Nandira lari ke kamar fathan, tetapi ketika dia mengetuk pintu fathan tidak membukanya, terdengar suara teriakan fathan dan suara benda-benda yang terjatuh. Lalu ibunya meminta bantuan kepada supirnya untuk mendobrak pintu kamar anaknya.
Setelah pintu terbuka terlihat fathan sangatlah hancur, banyak darah di tangannya dan dia sekarang sedang memegang pisau. Nandira segera berlari ke arah fathan lalu mencoba mengambil pisau yang sedang fathan pegang. Fathan tidak sadar bahwa yang ada di depannya adalah nandira,
Tetapi fathan menarik pisau itu dengan keras, Nandira pun menariknya kembali, ketika sudah di tangan nandira, fathan mencoba untuk menariknya dari tangan nandira, tetapi karena saling menarik akhirnya pisau itu menimpa nandira dan pisau itu tertancap di perut nandira, fathan mencoba bangun, dia melihat orang yang sangat ia cintai berlumuran darah, dia pikir ibunya yang mencoba menarik pisau dari tangannya.
Namun, ternyata nandira. Fathan menangis, dia berteriak meminta tolong, mata nandira masih terbuka, dia tersenyum kepada fathan, saat keadaan seperti ini dia masih bisa tersenyum kepada kekasihnya itu.
Nandira, oh tuhan apa yang aku lakukan. Nandira kau bisa mendengarku.” Ucapnya dengan menagis
Nandira terlihat kesakitan,
Ibu, syila, Mang Diman (supirnya) tolong nandiraku” teriaknya kembali
Fathan. ucapnya pelan
Iya sayang” kata fathan memandanginya penuh kekawatiran
Aku tidak kuat, aku akan mati”
Kau akan baik-baik saja, kita akan bersama.”
Aku akan mati
Aku juga akan mati
Kau tidak akan mati
Aku akan gila
Kau akan baik-baik saja
Aku tidak bisa mejalanin hari hari ku tanpamu sayang, kamu akan baik-baik saja. Ini semua Kesalahanku, Seharusnya aku yang mati
Enggak, kau akan baik-baik saja … Tidak terdengar lagi suara nandira nafasnya berhenti
Sayang, kau tidur kan. Cepat bangun aku berada disini bersamamu.Ucapanya dengan pelan dan tersenyum manis kepada nay seakan nandira dapat melihatnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar