Aku merasakan seakan tubuhku tidak seimbang, pandanganku seakan mulai gelap, tubuhku limbung dan Entah apa yang ingin terjadi setelah itu.
Aku terbangun dari mimpiku entah apa yang terjadi aku juga tidak mengerti, kepalaku sangat sakit yang pasti kuingat. Aku sangat ingat semuanya, tapi kali ini kepalaku lebih sakit dari biasa nya sampai sampai aku mengerang tanpa aku sadari.
nak, kamu sudah bangun?”
“arrg, dimana Raka bu?” tanyaku pada ibu. Ibu terdiam aku tau apa yang ia pikirkan jika ia jujur ia khawatir aku kesakitan tapi jika ia tidak jujur kebohongan besar ini akan berdampak sangat buruk pada diriku dikemudian hari.
“nak, kamu beristirahatlah ibu akan segera kembali.” kata ibu sambil bangkit dan hilang di balik pintu yang tertutup.
Aku sendiri di ruangan putih ini, aku terus berusaha mengingat apa yang terjadi sebelum aku berada disini, dan lintasan kejadian seakan masuk melewati pikiranku walaupun itu sangat sakit yang aku rasakan.
Malam itu, aku membuat pesta anniversery hubunganku dengan Raka di sebuah cafe. Aku juga mengundang beberapa sahabatku dan Raka dan hal ini aku rahasiakan. Kami akan mengadakan makan makan dan karaoke di cafe itu. Setelah persiapan telah selesai dan teman teman juga banyak telah datang aku mencoba menghubungi Raka.
“Raka, kamu ke cafe biasa sekarang ya! Aku ada sesuatu untuk kamu!”
“harus sekarang ya? Aku lagi sibuk nih, apalagi bentar lagi ada pertemuan rapat. Apa gak bisa ditunda?”
“masa kamu lebih mentingin pekerjaan kamu daripada aku”
“bukannya gitu, tapi aku harus…”
Belum selesai raka menyelesaikan kalimatnya aku menutup telepon, hal ini biasa aku lakukan kalau raka terlalu sibuk dengan pekerjaannya.
Sudah 1 jam lebih aku menunggu raka tapi raka belum juga datang. Teman teman juga tampak gelisah berpa lama lagi acara akan segera dimulai. Aku juga sibuk mengarahkan kebosanan teman teman untuk mengajak mereka karaoke bersama. Aku mulai gelisah aku mencoba menelepon raka tapi masih tidak ada jawaban. Kucoba dengan beberapa pesan singkat namun tetap tidak ada balasan. Sempat terlintas di pikiranku apakah raka marah padaku? Ya aku memang egois tapi bagaimana lagi yang kutau raka terbiasa akan hal itu.
Setelah beberapa lama aku mendapat kabar kalau raka kecelakaan saat perjalanan ke cafe dan nyawanya tidak dapat diselamatkan. Aku tidak tau harus apa yang dilakukan akulah yang memaksanya untuk menghadiri acara itu.
Aku terkejut ternyata kejadian malam itu terulang lagi dalam mimpiku. Napasku masih tidak teratur dan seorang dokter masuk ke ruangan memeriksa kondisiku. Dokter mengatakan aku bisa kembali hari ini juga. Aku pun ada merasa lega, ibu langsung ingin turut membantuku berjalan. Setelah beberapa langkah aku melewati pintu seseorang yang tak asing lagi wajahnya terbaring lemah.
Para perawat dengan cepat mendorong memasuki ruangan. Kuarahkan pandanganku pada sisi atas pintu yang bertuliskan kamar jenazah. Ya Allah, ternyata dia benar benar telah meninggal. Jantungku langsung seakan tak ingin berdetak lagi dan aku terus mengutuk diriku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar