At caffee Manggo Six seperti biasa aku menghabiskan malam minggu bersama sahabat-sahabatku. Kami adalah wanita-wanita lajang namun bukanlah gadis-gadis belia, yaa… bisa dikatakan ‘perawan-perawan tua’ Tetapi jangan salah, kami lebih cantik dan jauh lebih modis dibandingkan dengan gadis-gadis ABG.
35 tahun adalah usia dimana pada umumnya seorang wanita sibuk mendidik anak yang tengah menginjak remaja, namun berbeda bagiku dan kedua sahabatku. Takdir yang menemukan kita bertiga untuk bersahabat namun bukanlah takdir yang membuat kita sama-sama bisa sampai melajang sampai saat ini, melainkan nasib kita. Untunglah dengan keoptimisan kita sebuah nasib pasti akan berubah.
Rindy is my name, kedua sahabatku yakni Sonia and July, 15 tahun sudah kami bersahabat, dulu kami kuliah di Universitas yang sama. Aku bekerja sebagai seorang designer di salah satu perusahaan fashion di Bandung. Karena pekerjaan itulah style-ku jauh lebih modis dibanding anak-anak ABG. Sampai-sampai orang pun tak akan menyadari bahwa umurku adalah 35 tahun.
Satu tahun lalu aku telah berpisah dengan kekasihku Nico, Nico 2 tahun lebih tua dariku. 5 tahun sudah kami berpacaran, Nico benar-benar menunjukkan keseriusannya padaku, namun aku tak menanggapi keseriusannya. Aku mencintainya namun di sisi lain aku belum siap menerima lamarannya dan sampai akhirnya Nico pun menyerah. Kami akhirnya mengakhiri hubungan dengan baik.
Tanpa dipungkiri 5 tahun adalah waktu yang sangat panjang bagiku melewati hari-hari indah bersamanya. Terkadang sepintas merasakan menyesal karena telah mencampakkannya. Namun apalah arti menyesal karena nasi sudah menjadi bubur Nico telah mempunyai seorang kekasih barunya, menurut kabar kekasih Nico 3 tahun lebih tua darinya. Dalam lubuk hati yang terdalam terkadang rasa cemburu itu hadir dengan sendirinya.
Sonia adalah sahabat paling cerewet usianya tak jauh berbeda denganku, dia bekerja sebagai perawat di salah satu Rumah Sakit di Bandung, dengan kecantikannya sebagai perawat dia beruntung membuat seorang Dokter tampan bernama Reno jatuh hati padanya, mereka sangat mencintai satu sama lain. Namun naas nasib Sonia, kedua orangtua Reno tak merestui hubungan mereka. Entah apa alasannya Sonia sendiri tak mengetahui apa alasannya.
July sahabatku ini mempunyai kepribadian yang sangat dingin, usianya yakni 38 tahun jauh lebih tua dariku, dia adalah supplier tas branded di Bandung. Rasa trauma di masa lalu membuatnya menjadi seperti ini. Betapa tidak, 10 tahun yang lalu ia berpisah dengan sang suami, Bram. Suaminya adalah seorang pelayar dan didapati mempunyai seorang istri simpanan di Philippine. Sampai akhirnya dia selalu menutup hatinya untuk pria.
Satu tahun berlalu dan kami masih saja melajang tak pernah ada ciri-ciri untuk menikah di antara kami, kami sangat menikmati kesendirian kami. Begitu pun dengan Sonia, meskipun ia telah mempunyai seorang Dokter tampan namun kedua calon mertuanya tetap saja masih menutupi hatinya untuk merestui hubungan Sonia dan Dokter tampan tersebut. Di Manggo Six seperti biasa kami melewati malam minggu kami, di tengah-tengah keseruan kami bertiga datanglah Reno yang tatkala itu menghampiri Sonia.
Hai… udah lama kalian di sini? Tanya Reno.
Dari jam 09.00” jawabku.
Aku dan July berbincang pelan, sementara Sonia dan kekasihnya itu asyik bercengkerama juga.
Besok datang ya ke rumahku kalian bertiga, ada acara makan malam Tiba-tiba Reno berkata di tengah-tengah perbincanganku dengan July.
Tumben ada apa Ren? Ketus july heran.
Besok kalian akan tahu seru Reno.
Keanehan Reno ini tampak di wajah Sonia, ada apa gerangan tiba-tiba Reno mengundang kami bertiga untuk makan malam di rumahnya sedangkan kedua orangtuanya jelas-jelas menentang hubungan Sonia dengannya. Malam telah larut, Sonia diantar pulang oleh keasihnya. Sedangkan aku dan July pulang dalam satu mobil, July berencana menginap di apartmentku.
Malam ini kami bertiga berada di acara makan malam di kediaman Reno, tampak orangtua Reno pun menyambut kami. Seusai makan malam kami berbincang-bincang. Di tengah-tengah perbincangan kami. Orangtua Reno berkata.
Sonia, maafkan kami berdua telah salah menilaimu. Dengan keyakinan Reno dia ingin mempersuntingmu seolah membuat kami tak bisa berbuat apa-apa, dengan kondisi kalian yang sudah cukup umur untuk menikah maka kami mulai hari ini merestui kalian berdua. Seketika wajah Sonia berseri-seri, namun pada akhirnya berubah matanya menjadi berkaca-kaca mungkin karena sedih bahagia, hubungan yang selama ini ditentang akhirnya mendapatkan restu.
Waktu sudah larut malam, aku dan July berencana untuk pamit terlebih dahulu, sementara itu Sonia masih akan tetap berada di rumah calon suaminya. Sesampai di garasi ketika aku akan menghampiri mobilku datang seorang pria ABG turun dari dalam mobil, postur tubuh tinggi dengan gaya anak band yang menurutku terlalu alay dan berlebihan membuat aku tersenyum geli, Sonia dan Reno mengantarku sampai ke garasi tiba-tiba Reno menyapa pria ABG alay tersebut dan ternyata ia adalah teman Reno, namanya Vano. Reno mengenalkan Vano kepadaku, Sonia, dan July.
Reno masa punya teman ABG kayak gini? Gumamku dalam hati.
Seperti biasa kami berbincang di Manggo Six, tiba-tiba Reno datang bersama temannya yang bernama Vano itu. Kami berlima asyik mengobrol, aku sedikit mencuri pandangan ke wajah Vano dan tiba-tiba hatiku bergumam, “ganteng juga nih ABG,” tapi hanyalah gumaman seorang wanita tua kepada sang anak ibaratnya, tanpa ada hal-hal menyimpang di benakku. Aku duduk bersampingan bersama Vano, pada akhirnya aku, Sonia, dan July menjadi sangat akrab dengan Vano. Aku pun bertukar pin bb dan nomor ponsel. Begitu pun Vano dengan Sonia dan July.
Ayoo.. sekarang kan udah dapat restu nih, jadi kapan nikahnya bang? Vano mencoba membuka candaannya kepada Reno. Secepatnya.. doain aja.. Jawab Reno berseri-seri.
Jangan lama-lama keburu makin tua, Celotehku tanpa memikirkan keadaan diriku sendiri yang masih melajang di usia senja.
Tak terasa dini hari tiba, Reno dan Sonia pulang bersama. Sementara July akan pulang ke kediaman orangtuanya setelah mengantarkanku ke apartment karena aku tak membawa mobilku, namun Vano mendengar perbincanganku dengan July akhirnya ia menawarkan tumpangan untukku. Tak ada alasan bagiku menolak tawarannya akhirnya aku ada dalam satu mobil bersama Vano. Di tengah-tengah perjalanan kami berbincang sekenanya.
Van, lulusan tahun berapa?
2009
Masih muda ya…
Emangnya Rindy kelahiran berapa?
Ah udah tuir saya. 35 tahun
Serius Rindy? Tapi cantik. Gak kayak umur 35-an. Mesti panggil teteh dong!
Gak usah ah Rindy aja!!
Hmm kalau saja yang memujiku pria seusiaku pastinya aku berseri-seri, sayangnya anak ABG ternyata. Aku telah sampai di apartmentku, aku merebahkan kakiku di atas tempat tidur seraya memainkan game yang ada dalam ponselku, setelah satu jam lamanya ku asyik bermain game tiba-tiba ada pesan singkat melalui BBM yang ternyata dari anak ABG yang bernama Vano itu, isinya:
Sudah tidur Rindy?
Belum
Oh.. Lagi ngapain?
Hanya sampai disitu saja perbicangan singkat dalam BBM dan ku rasa tak penting bagiku untuk membalasnya.
DRET… DRET. Suara ponselku bergetar, sungguh membuatku terkejut karena aku masih ada di bawah selimut yang tebal, tapi sinar matahari di balik tirai begitu menyilaukan mataku yang masih terkantuk ini. Pagi Rindy…” Lagi-lagi si anak ABG itu menyapaku dalam pesan singkat BBM, aku sama sekali tak menghiraukannya.
Selang 1 jam. “Rindy, Lagi ngapain?
Tak lama pesan singkat itu datang kembali, membuatku merasa geli ketika ada anak ABG iseng cari-cari perhatian seperti itu.
Ada apa Van, Rindy lagi sarapan nih
Oiya selamat menikmati sarapan yaa
Terima kasih Vano
Sama-sama Rindy cantik.
Geli rasanya seorang ABG mencari perhatian padaku, oh tidak!
Aku berencana pergi ke supermarket terdekat untuk berbelanja kebutuhanku sehari-sehari, aku berjalan kaki menuju supermarket tersebut. Di tengah keramaian supermarket tiba-tiba aku bertemu dengan Vano.
Vano…?” Tanyaku kaget.
Eh Rindy, sendirian aja?
Iya… kamu sama siapa?
Tuh sama bang Reno
Vano membiarkan Reno pulang sendiri, sedangkan aku dipaksanya untuk untuk pergi makan siang bersamanya. Tak mampu rasanya aku menolak ajakannya dan akhirnya kami berdua pergi bersama. Dengan gayanya seperti anak band dengan sepatu setengah boot, postur tubuh tinggi, kulit kuning langsat. Sangat terpancar dalam dirinya aura muda, berbeda jauh denganku walaupun style-ku tak kalah modis dengannya namun jiwaku tetap saja terpancar aura tua. Usai makan siang, tanpa seizinku Vano membawaku ke sebuah cafe dengan live music performance, kami duduk berdua di tengah-tengah pengunjung cafe lainnya, kami meneguk minuman yang berada di depan meja kami sambil berbincang santai.
Kamu sering ke tempat beginian Van.
Sering sama teman kampus
Oh… kenapa bawa Rindy ke sini?
Kepingin aja bawa Rindy ke sini, gimana menurutmu asyik gak tempatnya?
Asyik kalau untuk pasangan yang sedang pacaran, hehe
Vano menatapku sejenak, entah kenapa matanya yang teduh itu membuatku tersipu malu. Namun aku terburu-buru sadar bahwa dalam hatiku tak boleh tergoda oleh si anak ABG ini.
Van, udah malam.. Pulang yuk!
Kami pun beranjak dari meja cafe, aku berdiri di samping Vano tiba-tiba tangan kirinya meraih tangan kananku, sontak membuat mataku melongo karena terkejut akan sikapnya. Jemarinya yang hangat seolah tak mampu tanganku untuk melepaskannya. Dan aku pun akhirnya bergandengan tangan sampai tiba di parkiran mobil.
Tiba aku dan Vano di depan pintu apartmentku.
Masuk dulu Van?”
Gak Rin makasih, aku pulang dulu ya”
Hati-hati Van.”
Aku memulai untuk memejamkan mataku, namun tiba-tiba ponselku bergetar.
Terima kasih atas malam ini, Vano sangat senang bisa bersama Rindy di cafe
Sama-sama Vano
Belum tidur Rindy? Lagi apa?
Baru mau tidur Van, kamu istirahat ya
Ya Rindy. Met malam
Aku tak bisa memejamkan mataku, memikirkan sosok seorang Vano yang tiba-tiba saja hadir dalam hidupku, entah perasaan apa yang ada dalam benakku saat ini tentang seorang Vano? Seorang anak ABG yang secara tiba mencuri perhatianku. Sepertinya Ada yang tidak beres antara diriku dan diri Vano. Secara umur kami sangat jauh berbeda.
Van, ada yang mau aku bicarain sama kamu, bisa kamu datang ke Manggo Six besok jam 8 malam?”
Iya, Vano juga ada yang mau dibicarakan sama Rindy”
Kami berdua bertemu di Manggo Six.
Van, katanya kamu juga ada yang mau dibicarakan. Coba kamu dulu, apa?
Rindy, maaf sebelumnya Vano bilang kayak gini. Dari awal Vano ketemu, Vano tertarik sama Rindy, Vano ingin jadi pacar Rindy.
Vano, aku juga sudah menduga bahwa Vano tertarik sama Rindy. Tapi sejujurnya Rindy nggak pantas jadi pacar Vano, Vano masih muda, ganteng, gaul, banyak di luaran sana cewek-cewek cantik yang pantas jadi pacar Vano
Kalau Vano tertariknya sama Rindy Vano harus bagaimana? Vano benar-benar udah terlanjur sayang sama Rindy”
Vano, banyak hal harus kamu pikirin tentang Rindy bukan lagi cewek seusia Vano, Rindy sudah sepantasnya cari pendamping hidup yang siap menikah dengan Rindy, seusia Rindy bukanlah waktunya bermain-main Van.
Memangnya Vano kelihatan bermain-main sama Rindy?
Bukan begitu Van, Rindy sudah bukan lagi wanita muda. Rindy sudah ibu-ibu Vano! Bahkan jika Vano menikah dengan Rindy pun apakah Rindy bisa punya anak di usia Rindy yang sudah tua? Rindy gak yakin bisa buat Vano bahagia. Pikirkan baik-baik Van
Ngerti Teh Vano ngerti banget.. jauh sebelum Rindy bicara kayak gitu Vano udah berpikir berkali-kali… Tak ada alasan Rindy nolak cinta Vano!
Gak bisa Van, kamu gak bisa begitu. Kamu harus berpikir banyak tentang hubungan kita
Rindy! Vano cinta banget sama Rindy, bisa gak Rindy ngerti perasaan Vano? Apa Vano harus jelasin alasan mencintai seseorang? Mencintai seseorang itu gak ada alasannya… datang dengan sendirinya! Bahkan Vano mencoba menahan perasaan suka Vano tapi tetap gak bisa. Malah semakin Vano menghapus ingatan tentang kamu Rin, malah perasaan Vano semakin tersiksa sakit.. tolong terima Vano.” Dengan lantang dan nada tinggi Vano mencoba menjelaskan isi hatinya.
Seketika jawaban Vano membuat hatiku tercengang, penjelasannya cukup membuatku terpana dan akhirnya aku jatuh ke pelukan seorang anak ABG alay.
Sekarang tepat adalah hari pernikahan Sonia dan Reno, kami semua sahabat hadir di acara pernikahannya. Mereka tampak berbahagia sekali semoga mereka menjadi keluarga yang bahagia seumur hidup.
Tiga bulan berlalu, dengan karakternya yang genit, jail, dan romantis namun juga dewasa Vano selalu mengisi hari-hariku. Vano adalah sahabat, teman, pacar, sekaligus calon suami untukku. Satu tahun ke depan kami merencanakan pernikahan menyusul Sonia dan Reno. July bertemu mantan suaminya, mereka rujuk kembali. Karena didapati istri simpanan Bram ternyata adalah pengedar nark*ba dan sedang menjalani hukuman seumur hidup, dan sekarang sudah diceraikan Bram.
Inilah nasib kami yang telah berubah, mendapatkan nasib buruk bukan karena kegagalan cinta, tetapi cinta yang telah mengubah nasib kami.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar