unitedbet88

Minggu, 04 Desember 2016

CERITA CINTA - Semua Karena Ku Sayang Kamu

Aku mempercepat langkahku membuka gerbang dan celingukan di luar mencari batang hidung lelaki itu, aku mulai tampak kesal kepada seniorku dia sudah berjanji akan mengajakku jalan-jalan, aku heran dengannya, ia sengaja tukeran jadwal Off dengan rekan kerjanya supaya bisa Off bareng.

Suara klakson membuyarkan lamunanku, dia tersenyum, terlihat lesung pipi yang begitu manis.

“Dita, kamu cantik hari ini” Ucapnya.
“Eeeum, ma…masa sih ka, eh A maksudnya” Ucapku salah tingkah.
“Ayo naik” ucapnya lalu tak lama motor melaju cepat.























Aku yang tidak biasa naik motor ya walaupun dibonceng aku merasa tidak nyaman ditambah phobia naik motor karena takut jatuh. Aku menggenggam jaketnya dan masuk ke dalam saku jaket yang dikenakan seniorku itu.

“Kamu sakit ya De?” Tanyanya yang terus memperhatikanku dari kaca spion.
“Engga, sok tau banget sih” Jawabku lalu memegang helm.
“Kenapa sih De?” Tanyanya lagi motor berhenti dan Seniorku menatapku.
“Aku takut naik motor, aku ga biasa pake helm” Jawabku polos.
“Kamu aneh ya tapi lucu” Ucapnya lalu menggelengkan kepala.
“aa ma suka gitu” Ucapku cemberut.
“Kamu peluk aku, terus aku bakal pegang tangan kamu supaya kamu ga takut lagi” Ucapnya lalu motor melaju dengan perlahan.

Aku merasa nyaman di dekat lelaki ini yang baru dua minggu aku kenal, hati kecilku terus menyebut namanya “Adi”
Aku melihat kanan kiri, tak mengenal berada dimana? melewati desa sumber lalu sampai majalengka. Aku terkejut aku tak mengerti lelaki itu mau membawaku kemana…

“A, mau nyulik aku ya?” Tanyaku polos.
“iya aku bakal nyulik kamu” jawabnya dengan tatapan tajam.
“Kemana, pokoknya aku mau pulang, please A, aku mau pulang” aku mulai merengek layaknya anak kecil.
“Aku bakal bawa kamu ke hati aku, biar kamu ga bisa pulang” Jelas Adi sambil melihat ekspresiku di kaca spion.
Aku tersenyum kecil.

Sesampainya di Curug Cipete, Majalengka. Aku bergandengan tangan dengan Adi seniorku. Ia seakan membawaku dalam ketinggian untuk melayang ke udara tentu merasa bahagia.
Berjalan puluhan kilometer dengan jalan yang penuh belokan kanan, kiri, kanan kiri, lurus, air terjun mulai terlihat, Adi membawaku lebih dekat dengan air terjun. Aku melihat keindahan air terjun dan tersenyum. Tanpa kuketahui Adi memotret ekspresiku yang tersenyum. Lalu ia menyimpan di ponselnya.
Adi menuntunku ke sebuah gubug hanya ada aku dan Adi masih menatap keindahan alam ciptaan Tuhan.

“Dita, aku mau ngomong sama kamu” Ucapnya dengan keringat dingin.
“Mau ngomong kok pake bilang segala sih A?” Tanyaku kebingungan.
“Aku suka sama kamu” Jelasnya sembari mencium tanganku.
“Tapi aku ga suka sama kamu” Ledekku.
“Aku ga peduli yang penting aku sayang sama kamu, aku ga mau jauh dari kamu” jelasnya.
“Kamu mau kan jadi pacarku?” Tanyanya.
“Ga, ga bisa nolak” Jawabku.

Jadi kita resmi pacaran?” Tanyanya ragu.
Aku mengangguk lalu Adi memelukku.
“Aku janji bakal buat kamu bahagia biar di toko ga galau terus ya” Jelasnya meledekku.
“Coba deh dengerin lagu ini…”

Adakah rindu di hatimu seperti rindu yang kurasa sanggupkah kuterus terlena tanpamu di sisiku kukan slalu menantimu”
“Aku ada disini dan aku akan selalu merindu di setiap harinya”.
Aku sangat menikmati kebersamaan ini hingga sore hari, lalu pulang.

Pagi hari di toko, saat aku absen, seniorku menatapku sinis, aku kira dengan aku jadian sama Adi keberadaanku diakui, seniorku sangat membenciku karena hasutan Nanda yang begitu mencintai Adi namun cintanya tak terbalas aku bisa jadi dicap sebagai perebut padahal Adi baru putus dengan Vini gadis cantik yang bekerja sebagai kasir di sebuah toko busana muslim ternama.

“Yang kalo ada yang ngmongin kamu, jangan ladenin ya, aku sayang sama kamu” Ucapnya.
“Masih pagi udah pacaran, dasar otak mes*m” Celoteh Teh Ati seniorku.
“Diam!” Bentak Adi.
“Aduh ada apa sih Di pagi-pagi berisik?” Tanya Teh selpi.
“Ayo” Adi menggandengku keluar toko.
Semua anak-anak menyorakiku.

Di toko aku dikucilkan hanya teh Riri SPG dompet yang selalu mengerti apa yang aku alami.
Sepulang kerja aku saat berhenti di lamongan, aku tampak murung.

“Kamu mikirin apa sih?” Tanya Adi.
“Kenapa anak-anak lain membenciku?” Tanyaku.
“Oh itu karena kamu pacaran sama aku kali, anak-anak kan setujunya aku sama Vini tapi aku yang ngejalanin ga nyaman” Jelasnya.
“Aku ga sanggup dikayak giniin?” Ucapku meneteskan air mata.
“Pacar Adi pasti strong” ucapnya lalu memberikan ayam goreng untuk makan malamku.
“Makasih sayang” Ucapku.
“Ayo pulang” Ajaknya.

Bulan Maret tiba…
Aku dan Adi Off Day, Adi mengajakku berenang di kolam renang Apita. Rasanya bahagia banget bersama orang yang aku sayang.
“Yang, kata Pak Halim hari ini ada anak baru?” Tanyaku.
“Yeah ga penting” Ucapnya sambil bermain game di ponselnya.
“Awas jangan macem-macem kamu sama anak baru, entar setiap ada anak baru pengen diakrabin semua” Jelasku cemberut.
“Belum tau anak barunya aja udah bilang kayak gitu” Ucap Adi.
“Aku cuma takut aja”

Keesokan harinya, aku melihat ada anak baru bernama Ika dan Vera dia ditempatkan di Toko bawah bersama denganku, Teh Ati dan Pak Halim.

Saat Adi mau ambil barang di tokoku, Ika nampak genit langsung ngajak ngobrol.
Semua itu karena ulah didikannya Teh Ati yang menyuruh anak baru untuk menggoda Adi, karena aku sangat cemburuan jadi suka dibully begini.

24 Mei 2015 pukul 13:30
Setelah sholat dzuhur aku mengambil ponselku yang sengaja dititipkan di Toko1 Lt.2, aku menitipkannya pada Adi.

“Yang hp aku ilang” Ucapnya.
Aku mengernyit “Ilang dimana?” Tanyaku.
Adi hanya mengangkat bahu.
“Kamu ga hati-hati sih” Ucapku.
“Password Hp kamu berapa?” Tanya Adi.
“2425” Ucapku.
“24? Kamu ga ngucapin ke mantan kamu?” Tanyanya.
“Apanya?” Jawabku pura-pura tak mengerti.
“Aku udah tau semua, mulai Password, foto masih berbau mantan semua, mau kamu apa sih?” Tanya Adi.
“Ma’af A” Aku menundukkan kepala.
“Sana pergi!” Perintahnya, ketus.

Pukul 20:00
Aku menunggu Adi di parkiran, dia membuang muka tetapi aku cuek aku sudah naik ke motornya dan tersenyum sambil mengedipkan mata. Adi menaiki motornya dan membisu.

“Aa sayang ma’afin aku ya?” Ucapku.
“cape” ucapnya singkat.

Sampai di sebuah kosan baruku aku masih memeluknya dan meneteskan airmata “Aku ngaku salah aku mohon ma’afin aku” Ucapku.
“Turun, gue mau pulang” Ucapnya lalu memaksaku turun dengan mendorong tubuhku hingga jatuh ke samping.
“Aw” Aku merasa kesakitan dan perlahan membuka pintu dengan kunci kecilku lalu menutup pintu perlahan.
Adi berlalu… Aku menggerakan kepalaku dengan keras ke tembok dan dengan lemas aku menyayat leganku dengan pisau kecil.

Aku menon-aktifkan ponselku lalu, tubuhku tergeletak jatuh dengan tetesan darah di lenganku.
Adi yang sedari tadi meneleponku karena dihantui rasa bersalah ia memutuskan balik arah kembali ke kosanku karena merasa kawatir dan ia mengetahuiku bahwa aku memang nekad orangnya.

Ia perlahan membuka pintu kosanku lalu, mendapatiku tergeletak di lantai.
“yang bangun yang” ucapnya. Lalu menggendongku ke kasur. Dan mengobati lukaku dengan plester dan betadine.
“Adi” Ucapku lirih, dan membuka perlahan mataku.
“Ma’afin aku yang, kamu jangan mancing aku lagi ya” Ucapnya.
Aku mengangguk dan dia pamit pulang.

Keesokan harinya ia datang lebih pagi dan meletakkan sebuah kotak berbungkus kertas kado dengan pita.
Aku tak melihat Adi, kemana dia…
Aku menaikki loteng tempat jemuran dan aku melihat Adi termenung. Aku memeluknya.

“Makasih sayang” Ucapku.
“Selamat ulangtahun yang semoga ga kayak anak kecil lagi” Ucapnya lalu berangkat kerja.

“Selamat ulangtahun teh Dit” Ucap Ika.
“Hbd Unyil” Ucap Vera.
“Unyil bisa ulangtahun nya” Ledek Pak Halim.
Aku hanya tersenyum.

Sesuai permintaan mereka aku mentraktir baso dan juga memberikannya kepada Mang Iing penjual kaki lima sekaligus mata-mata Pakbos. Aku tak merasa keberatan, aku bahagia hari ini.

06 Juni 2015.
Aku mengucapkan selamat ulang tahun kepada lelakiku, Adi.
“Selamat ulangtahun sayang, semoga makin sayang sama aku dan sehat selalu” Ucapku.
“Makasih sayang” Ucapnya sambil menatapku dan tersenyum.
Aku merasa grogi dan memintanya untuk tidak menatapku seperti itu, aku menutupi kedua mataku dengan dua jari.

Kamu tuh lucu yang, kamu aneh tapi baik, kadang nyebelin, campur aduk kayak bala-bala” Jelasnya.
“Kamu labil, galak kadang ga, kadang marah kadang manis tapi aku tetep cinta sama kamu” Ucapku.

Banyak waktu yang kita lalui mulai dari bolos bareng, buka puasa bareng mamah bapa kamu sampai sesudah lebaran pun bolos kerja pokoknya bakal selalu aku kenang Di. Ucapku dalam hati.

2 bulan aku pindah kerja di sebuah Mall Cirebon tapi aku tidak betah. Karena aku tidak bisa setiap jam melihat senyum dan lesung pipi Adi, dan mulai curiga dengan murid baru yang cepat kilat akrab dengan lelakiku, Adi.

5 Desember 2015
Aku pergi ke kantor dan menghadap kepada HRD supaya aku bisa bekerja kembali di toko tercinta *BF* HRD mengabulkan permintaanku, Aku mulai besok kerja di *BF*

Sampai pada tanggal 27 aku dan Adi bertengkar hebat karena Adi lebih dekat dengan Putri dan Yola bahkan Teh Ade seniorku yang dulu sempat dekat seperti sepasang merpati. Pada suatu malam aku meminta turun di jalan raya dan menangis histeris.

“Aku cape sama kamu, aku benci sama kamu, sana pergi! Aku bakal bunuh diri” Ancamku.
“Yang jangan kayak orang gila, cepet naik ke motor!” Perintahnya.
“Enggak!” Teriakku.
“Aku ga bakal pulang sebelum kamu naik” Ucapnya. Lalu menuntunku menggapai lenganku dan naik ke motor.

28 Desember 2015
Aku dan Adi bolos kerja, kami berkunjung ke Gramedia baru di Jl. Cipto, CSB, sholat di At-taqwa lalu ke lapangan golf yang tidak jauh dengan GCM. Tempat favoritku, aku dan Adi berselfie lalu pulang…

29 Desember Jam istirahat…
Aku dan Adi beli makan di warteg favorit kita.
“Yang kamu jangan polos kayak gitu sih malu-maluin kita bae” Ucap Adi.
“Kamu malu sama aku ya udah” aku meninggalkan Adi yang berjalan lambat.

Pertengkaran itu berlanjut di Sms, lalu Adi meminta putus dariku, aku nampak santai, hingga malam tiba diparkiran Adi telah pergi ninggalin aku sendirian, dia begitu marah dan ini yang ia lakukan kepadaku. Aku menelepon nomornya tapi tidak aktif.

Hari berlalu dan aku baru menyadari bahwa aku dan Adi resmi putus, kerjaku berantakan, aku selalu telat brifing dan selalu melamun saat ada customer.
Aku 5 hari tidak masuk kerja dan keesokan harinya…

“Hallo? dit ini Adi, kamu dimana?” Tanyanya.
“Kosan”
“Aku tunggu di Lt.3 ditangga belakang samping kanan” Ucapnya.

Aku berjalan tampak malas-malasan dengan wajah murung. Aku mendekati Adi yang duduk mematung.

“Kita bisa berteman Dit, aku tau kamu ga bisa jauh dari aku begitu sebaliknya, aku ga minta kamu pergi, kita masih bisa pulang bareng, Off bareng tapi kapasitas sebagai teman” jelasnya.
“Udah ngomongnya, aku benci sama kamu Di, aku nyesel putus sama Alif dan milih laki-laki seperti kamu” Ucapku.
“Aku lakuin ini karena aku sayang sama kamu Dit” Ucapku.
“Asal kamu tau ya aku sama sekali ga sayang dan cinta sama kamu, aku lakuin ini karena terpaksa!” Aku mengelak dan berbohong.

1 minggu aku bertahan di *BF* dan aku tak kuat tak bisa beradaptasi dengan kesendirianku. Aku memutuskan untuk Resign dari kerjaan dan merantau ke kota lain.

Bulan April 2016 aku membuka kronologi facebook anak baru itu, aku terkejut melihat foto bersama Adi, mantanku. Sebut saja *Y* ia sempat mejadi teman dekat plus teman curhatku telah berkhianat, aku sama sekali tidak dirugikan, perasaan itu semakin hilang dan lenyap aku tak peduli lagi tentang apa yang pernah ia katakan. “Karena aku sayang kamu Dit” kata-kata itu terngiang di telingaku dan aku teriak sebagai bentuk kekecewaanku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar